Jurgen Klopp yang baru saja merealisasikan proses kepindahan Sadio Mane dari Southampton kini harus mulai memutar otak perihal persiapan Liverpool mengarungi Liga Inggris musim 2016/2017. Mane menjadi pemain kesekian yang berpindah jalur dari St. Mary Stadium ke Anfield dalam beberapa tahun terakhir ini. Selain Mane, ada nama Adam Lallana dan Nathaniel Clyne yang cukup sukses menghias starting eleven Liverpool di musim lalu, hadir pula Dejan Lovren yang penampilannya masih naik turun, serta Rickie Lambert, sang bomber yang malah sudah hengkang sebelum Klopp melatih The Reds pertengahan musim lalu.
Dengan mahar sebesar 34 juta Poundsterling, Klopp jelas tidak akan membiarkan Mane sering menganggur di bangku cadangan. Memang, Benteke yang juga dibanderol mahal kala berpindah ke Liverpool harus puas lebih sering menjadi pelapis para pemain depan Liverpool, tetapi hal itu terjadi dikarenakan Benteke merupakan transfer hasil pemikirian manajer Liverpool sebelumnya, Brendan Rodgers.
Mane yang di dua klub sebelumnya Red Bull Salzburg dan Southampton diplot sebagai pemain andalan mungkin harus beradaptasi dengan gaya permainan Liverpool dibawah arahan Klopp. Dalam formasi andalan Klopp, 4-2-3-1, Mane harus bersaing dengan nama-nama seperti Phillipe Countinho, Roberto Firmino, Adam Lallana, Jordan Ibe, dan juga Daniel Sturridge. Mane yang seringkali bermain sebagai penyerang lubang di belakang Grazianno Pelle ataupun Shane Long kala membela Southampton mungkin saja akan diproyeksikan berbeda kala berseragam Liverpool.
Di Anfield, Klopp mungkin akan menempatkan Mane di sisi sayap penyerangan Liverpool sambil sesekali berperan sebagai inverted winger yang sering melakukan pergerakan menusuk ke bagian tengah lapangan. Kecepatan dan kegesitan Mane dalam melakukan pergerakan tanpa bola akan membantu Liverpool lebih mudah menembus barisan terakhir pertahanan lawan. Mane yang juga kerap lihai melepaskan diri dari perangkap offside ini seakan mengingatkan para Liverpudlian dengan mantan pemain mereka Raheem Sterling. Sterling yang saat itu sering beroperasi sebagai ujung tombak bersama duet Luis Suarez dan Daniel Sturridge berhasil membuat Liverpool bercokol di peringkat 2 klasemen akhir Liga Inggris musim 2013/2014. Mane juga diharapkan dapat mengulang kebiasaannya mencetak gol ke gawang-gawang tim besar seperti apa yang sering ia lakukan musim lalu.
Meski begitu, Mane bukanlah tanpa kelemahan. Inkonsistensi masih kerap menjadi penyebab menurunnya performanya di beberapa pertandingan musim lalu. Mane juga seringkali kurang sigap dalam melakukan track back kala bertahan sehingga beberapa celah kosong mampu dimanfaatkan lawan ketika menyerang. Liverpool yang menggunakan formasi high-press mengandalkan trio Countinho, Firmino, dan Lallana untuk menutup pergerakan wing-back dan gelandang bertahan lawan dalam mengalirkan serangan balik.
Sadio Mane jelas akan membutuhkan waktu untuk beradaptasi. Pertandingan pre-season yang akan dijalaninya bersama Klopp harus mampu dimanfaatkan sebaik mungkin. Jika tidak, bisa jadi Klopp akan menyesali keputusannya memilih Mane dibandingkan Gotze, Reus, Walcott, ataupun Lucas Moura.
Jika Mane berhasil beradaptasi dengan baik, bisa jadi Liverpool akan tampil ganas dalam mengacak-acak baris pertahanan lawan musim depan. Janganlah heran jika Mane akan kerasan bertahan di Liverpool andai ia berhasil diapresiasi dan dicintai oleh para Liverpudlian di seluruh penjuru dunia.
You’ll Never Walk Alone Mane!