Leicester City melanjutkan tren positif mereka setelah berhasil mengalahkan FC Porto 1-0 dalam lanjutan laga babak grup Liga Champion dini hari tadi (WIB). Pertandingan Liga Champion pertama di King Power Stadium yang berlangsung sengit ini diwarnai oleh atmosfir luar biasa yang disuguhkan baik pendukung tuan rumah maupun pendukung tim tamu.
Islam Slimani kembali menasbishkan dirinya sebagai the dragon slayer (pembunuh naga) setelah kembali mencetak gol ke gawang FC Porto. Total Slimani telah mencetak 6 gol dalam 6 pertemuan terakhir menghadapi the dragoes (si naga julukan klub Porto).
Namun aksi Slimani bukan muncul begitu saja tanpa sebab. Riyad Mahrez adalah alasan mengapa Leicester mampu memetik poin penuh pada laga tersebut. Bukan mengecilkan peran pemain lain, namun pada laga ini Mahrez menunjukkan bagaimana ia layak berdiri sebagai salah satu pesepakbola terbaik di Eropa musim lalu.
Laga Liga Champions menghadapi Porto adalah ujian bagi sosok Mahrez. Baginya, pertandingan melawan Porto adalah salah satu pertandingan terpenting sepanjang karirnya. Pada laga ini, Mahrez harus melakukan pembuktian menghadapi salah satu tim yang sudah penuh pengalaman dan rutin berlaga di Liga Champions. Pemain-pemain yang berlaga di ajang Liga Champions adalah mereka yang terbaik dari seluruh Eropa. Dan di titik ini, Mahrez yang tahun lalu berhasil menjadi nyawa dan roh permainan Leicester City harus membuktikan kelayakannya berdiri sebagai seorang pemain yang mampu berdiri di jajaran pemain elit lainnya. Bukan sebagai pemain yang hanya bersinar selama semusim lalu menghilang, namun sebagai pemain yang layak diincar dan dibanderol mahal oleh klub sekelas Barcelona, Arsenal, hingga Paris Saint German di bursa transfer musim panas kemarin.
Setelah mengemas 17 gol dan 11 assists musim lalu, Mahrez yang meraih gelar player of the year di Liga Inggris memulai musim liga yangbaru dengan catatan kurang meyakinkan. Dari 6 pertandingan di liga, Mahrez baru memasukkan 1 gol saja. Leicester juga telah kalah 3 kali dalam 6 laga awal mereka musim ini. Puncak dari menurunnya performa Mahrez di liga adalah saat dirinya dibangku cadangkan pada babak ke-2 setelah Leicester harus tertinggal 4 gol dalam laga menghadapi Manchester United minggu lalu. Pada 45 menit babak pertama, Mahrez bahkan gagal melakukan 1 saja percobaan tendangan ke gawang.
Beralih ke laga Liga Champions, Mahrez tampil trengginas. Dalam 2 laga awal, Mahrez mencetak 2 gol dan 1 assist serta memberikan 6 poin penuh bagi Leicester City. Ranieri selaku sang pelatih bahkan sempat berkelakar bahwa nada dilly-ding dilly-dong sudah tak lagi berpengaruh pada Mahrez. Hanya saja lantunan musik anthem Liga Champions telah membangunkan semangat dan potensi Mahrez yang sesungguhnya.
Banyak orang berkata bahwa Mahrez hanya punya trik yang itu-itu saja, namun di saat terbaiknya cukup 1 trik tersebut saja untuk mengacaukan penjagaan lawan terhadap dirinya. Dan pada dasarnya, memang disitulah kelebihan dari Mahrez. Sebuah gerakan yang merupakan dasar dari tipuan dalam menggiring bola, disertai oleh akselerasi super cepatnya dalam berpindah haluan dari kiri ke kanan ataupun sebaliknya, serta umpan dan tendangan terarah akurat penuh presisi.
Mahrez mengakhiri pertandingan 2 menit sebelum peluit panjang dibunyikan. Mendapatkan standing ovation dari seisi stadion, Mahrez nampak bagai seorang yang memang layak terlahir untuk unjuk gigi di ajang besar seperti Liga Champions Eropa.
Patut kita tunggu bagaimana aksi magis berikutnya dari Riyad Mahrez, the Algerian magician.