Pep Guardiola sadar bahwa kondisi City sedang tidak baik – baik saja. Meski masih berada di paruh awal musim, City tau bahwa kondisi ini takkan semudah apa yang mereka hadapi musim lalu. Sempat unggul 10 poin dari City, Liverpool malah tersalip dan harus mengakhiri Liga dengan selisih 1 angka di posisi runner – up. Hasil musim lalu membangkitkan semangat pendukung City untuk tak terlalu ambil pusing dengan hasil minor kala melawan Wolves.
Namun, patut diingat bahwa musim ini City menghadapi lawan yang berbeda baik secara internal maupun eksternal. Pep pernah berujar bahwa 8 pertandingan pertama dan 8 pertandingan terakhir di Liga Primer bisa jadi acuan dari peringkat akhir sebuah tim di akhir musim. Meski jadi juara di 2 edisi terakhir, City tidak meraih poin sempurna di 8 laga awal mereka pada musim 2017/2018 dan 2018/2019.
Musim 17/18, City memetik tujuh kemenangan dan sekali imbang atau memetik 22 poin. Di akhir musim, 8 pertandingan terakhir dilalui dengan 6 kemenangan dan 1 hasil imbang serta 1 kekalahan di derby Manchester. Musim 18/19 mereka melalui 8 pekan pertama dengan 6 kemenangan dan 2 hasil imbang alias meraup 20 poin. Di 8 laga akhir, City membabat habis semua poin dan meraih 24 poin. Hasil musim ini tentu jauh di bawah ekspektasi. Kalah 2 kali dan 1 kali imbang, City hanya mampu meraup 16 poin dari total 24 poin sempurna milik Liverpool di posisi puncak. Liverpool musim ini pun berbeda. Mereka memulai musim sebagai jawara Eropa dan pola permainan yang mungkin tak semeyakinkan musim lalu, namun punya faktor X berupa kekompakan dan semangat tim yang tak banyak berubah susunannya. Pemain yang musim lalu cedera pun sudah pulih kembali dan bisa memberikan perbedaan saat dibutuhkan.
Dari sisi internal, tidak hadirnya Kevin de Bruyne memangkas kreatifitas di lini tengah City. Ilkay Gundogan bukan pilihan tepat untuk mengisi lubang tersebut. Bernardo Silva yang musim lalu bersinar di posisi playmaker malah bermain melebar di sayap kanan setelah menggantikan Riyad Mahrez. Tidak adanya pelapis setelah perginya Kompany dan cederanya Laporte juga menjadi faktor lain. Tipisnya lini pertahanan City terlihat dengan 9 gol yang bersarang di gawang City. Jumlah itu 3 kali dari catatan mereka di 8 pekan pertama musim lalu. Di 2017/2018, catatan kebobolan mereka di periode yang sama adalah 4 gol.
Memaksakan Fernandinho sebagai centre back memang bukan pilihan buruk, tetapi ada baiknya Kyle Walker dijadikan sebagai opsi lain di pekan – pekan mendatang. Joao Cancelo bisa bermain di sisi kanan dengan ZInchenko yang kembali mengisi pos bek sayap kiri. Bentuk formasi ini tentu akan dicoba Pep namun seharusnya, hal tersebut dilakukan lebih cepat. Melawan Wolves, City menguasai pertandingan tanpa mampu menciptakan banyak peluang berarti. Serangan balik pun benar terjadi dan mampu dimanfaatkan dengan baik oleh Traore. Kelemahan Fernandinho dari sisi kecepatan pun menjadi bumerang. Kekalahan pun suka tak suka harus diterima pihak City.
Tentu saja City akan kembali ke jalur kemenangan dan menyuguhkan bentuk permainan terbaik di Eropa bahkan dunia di pekan – pekan berikutnya. Namun jika boleh menyesali sebuah keputusan, mungkin Pep akan banyak berkaca pada bursa transfer musim panas lalu dan pertandingan melawan Wolves yang tanpa disangka memberikan gigitan kejutan pekan lalu.