Mesut Ozil resmi gantung sepatu di usia 34 tahun. Setelah 17 tahun berkarir di dunia sepakbola profesional, pemain berpaspor Jerman dengan darah Turki tersebut akhirnya mengakhiri petualangan panjangnya setelah cedera yang terus mengganggu performanya dalam 1 tahun terakhir. Baru pindah ke Istanbul Basaksehir dari Fenerbache, Ozil hanya mampu bermain 1 kali untuk klub barunya tersebut sebelum memutuskan pensiun melalui pengumuman yang Ia berikan melalui akun sosial media Instagram pribadi miliknya.
Ozil dikenal sebagai pemain dengan visi bermain yang luar biasa. Ia juga dikenal sebagai raja assist karena kemampuannya dalam memberikan umpan akhir kepada rekan setimnya di depan gawang. Ozil menjadi satu-satunya pemain yang menjadi raja assist di ajang Bundesliga, La Liga, Liga Primer, Liga Champions, Piala Eropa, hingga ajang Piala Dunia.
Memulai karirnya bersama Schalke dan Wender Bremen di Bundesliga, Ozil mencuri perhatian dunia kala tampil gemilang di Piala Dunia Afrika Selatan 2010. Ozil membawa Jerman melaju hingga babak semifinal sebelum kalah dari Spanyol yang mengakhiri turnamen sebagai juara dunia. Setelahnya, Real Madrid kepincut dan membeli jasanya dari Bremen. Tak disangka, disana Ozil berhasil menggeser nama Kaka dan menjadi pelayan terbaik bagi Cristiano Ronaldo di periode 2010 hingga 2013. Kepergian Ozil dari Real Madrid diketahui membuat banyak pihak geram, salah satunya Cristiano Ronaldo yang tahu betul kualitas Ozil sebagai tandemnya di El Real.
Pindah ke Arsenal di Liga Primer, Ozil berstatus pemain mega bintang kala itu. Tak banyak yang memprediksi kepindahannya dan statusnya saat itu seakan membuat seluruh pendukung Arsenal mulai bermimpi. Ozil bagaikan sebuah mimpi yang sempurna bagi Arsenal yang saat itu tengah puasa gelar selama 9 tahun. Kedatangannya bahkan nyaris membuat Arsenal berhasil meraih gelar Liga Primer dalam 2 kesempatan. Total, 3 gelar Piala FA disumbangkan Ozil dan hal tersebut seakan menjadi nafas baru bagi Arsenal yang lama tak meraih gelar di level tertinggi. Ia bahkan juga sempat mencetak gol legendaris yang selamanya akan masuk jajaran gol terbaik yang dicetak pemain Arsenal. Bahkan beberapa menganggap gol Ozil ke gawang Ludogoretz pantas masuk jajaran gol terbaik yang pernah ada dalam sejarah. Meski pada akhirnya tak berakhir dengan manis dan tak mampu menyumbangkan lebih banyak gelar, Ozil selalu memberikan cintanya kepada klub asal London Utara tempat dimana Ia melewati masa-masa keemasannya sebagai seorang pesepakbola profesional.
Setelah tiba di Arsenal, Ozil juga meraih gelar Piala Dunia kala membela tim nasiona Jerman di Brazil tahun 2014 silam. Semua seakan sudah dipersiapkan bagi Ozil untuk membawa Arsenal kembali ke kasta mereka. Sayang, tak semua mimpi yang sempurna memang beralih menjadi kenyataan. Ozil yang seakan sudah memberikan segalanya bagi Arsenal kala itu tak juga mampu berjuang seorang diri. Di tim nasional Jerman pun, Ozil malah dijadikan kambing hitam setelah kegagalan lolos dari babak grup di ajang Piala Dunia 2018 Rusia. Ozil pensiun dari tim nasional di masa-masa terbaiknya dengan cerita yang kurang ideal pastinya. Isu tentang masyarakat Muslim yang sering Ozil suarakan juga tak melulu ditanggapi positif oleh banyak pihak yang seharusnya mendukung dirinya. Ozil yang 5 kali terpilih sebagai pemain terbaik Jerman di tahun 2011, 2012, 2013, 2015, dan 2016 seakan berbalik menjadi cacian sebagai seorang imigran kala dirinya bermain buruk hingga membuatnya patah hati dan memilih untuk menyingkir selamanya dari tim nasional kala itu.
Singkat cerita, akhirnya Ia kembali ke tanah leluhurnya di Turki bersama Fenerbache sebelum mengakhiri karirnya di Basaksehir. Ozil dengan kejeniusan, umpan cantik, hingga bounce shot miliknya telah mengakhiri kerja kerasnya di panggung sepakbola profesional. Meski seharusnya ada lebih banyak gelar yang bisa Ia raih, Ozil tak lantas menjadi kurang karena pengaruhnya yang memang jauh lebih besar dari sekedar trofi.
Penampilannya di lapangan, gaya bermain, hingga suara-suara yang Ia lontarkan di luar lapangan menjadi penggerak banyak anak muda di luar sana yang terinspirasi dan termotivasi oleh sepak terjangnya.
Kini sang pemain telah menyelesaikan tugasnya. Namun kisahnya sebagai salah satu pemberi harapan akan mimpi yang sempurna takkan pernah lekang oleh waktu. Terutama bagi sang penulis yang kala itu masih berusia 20 tahun dan terkaget-kaget hingga menitikkan air mata haru akan berita kepindahannya ke Arsenal beberapa menit sebelum bursa transfer musim panas di tahun 2013 berakhir.
All the best for the future Mesut Ozil.
We’ve got Ozil… Mesut Ozil… I just don’t think you understand. He’s Arsene Wenger’s man, He’s better than Zidane, We’ve got Mesut Ozil….