Para pendukung sepakbola, terutama para pendukung Arsenal dan Chelsea pantas marah dan kecewa terhadap UEFA yang menetapkan lokasi laga final Europa League di Baku, Azerbaijan. Selain karena kapasitas yang sangat minim untuk para pendukung (6000 kursi untuk masing-masing tim), jarak yang terlalu jauh serta dinilai kurang aman mengakibatkan suasana tidak nyaman tercipta.
Hal ini diperparah dengan keputusan Arsenal untuk tidak mengikutsertakan Henrikh Mkhitaryan ke Baku. Berwargakenegaraan Armenia, Mkhitaryan pun turut menyesali keputusan UEFA. Konflik Nagorno-Karabakh antar dua negara pecahan Uni Soviet itu memberikan rasa tidak aman dan was-was bagi Arsenal serta Mkhitaryan.
Direksi management Arsenal, Vinai Venkatesham, mengaku geram dengan pemilihan lokasi ini karena merampas momen berharga dan penting tidak hanya bagi Mkhitaryan tapi juga bagi para pendukung yang akhirnya tak mampu mendukung tim kesayangan mereka secara langsung.
“Saya tidak dapat mengungkapkan betapa mengecewakannya hal ini. Ini adalah keputusan bersama yang menyakitkan. Hal ini merampas kesempatan pemain untuk berlaga di salah satu laga penting dalam karir mereka. Ini adalah salah satu laga puncak idaman namun kami yakin bahwa keselamatan pemain adalah yang terpenting bagi kami. Kami kehilangan kesempatan untuk memenangkan trofi bergengsi ini dengan bantuan Henrikh dan kami menyesali hal itu. Yang bisa kami lakukan hanyalah terus menyuarakan hal ini secara gamblang pada UEFA. Setelah laga final nanti, kami akan memastikan untuk segera berunding dengan UEFA agar Arsenal ataupun klub lain tak lagi mengalami nasib serupa. Kami ingin mereka mengerti akan keputusan sulit yang kami ambil.”
Unai Emery sendiri mengakui bahwa ini adalah berita buruk sesaat Mkhitaryan mengumumkan pada rekan setim serta jajaran pelatih mengenai keputusan yang Ia ambil. “Saya tidak mengerti benar apa yang terjadi namun saya 100% menghormati keputusannya. Henrikh ingin bermain dan tentunya membantu kami menjadi juara. Namun pada akhirnya keputusannya bersama dengan keluarganya adalah tidak pergi demi menghindari hal yang tidak diingikan. Saya mengerti dan sangat menghormati hal tersebut.”
Federasi sepakbola Azerbaijan sebenarnya telah mendeklarasikan bahwa mereka sudah menyiapkan segala fasilitas keamanan yang terjamin bagi Mkhitaryan selama berada di Baku. Mereka mengaku sangat serius dalam persiapan venue final ini namun keputusan telah dibuat dan jaminan keamana tersebut tentunya tak cukup menyelamatkan wajah UEFA sebagai kambing hitam.
Equal Game mantra is: “Everyone is entitled to enjoy football, no matter who you are, where you’re from or how you play.” UEFA yang terus berkoar dengan moto diatas pantas malu menghadapi kasus Mkhitaryan ini. Andai tak cepat berbenah, mungkin tak hanya Arsenal yang akan menunggu di depan pintu markas mereka dalam waktu dekat.
Sungguh omong kosong yang sangat hebat.