Panggung sepakbola Eropa tengah memberikan suguhan terbaik mereka melalui pertandingan-pertandingan di babak 8 besar Liga Champions UEFA musim ini. Setelah sehari sebelumnya AS Roma, wakil dari Itallia, memaksa Barcelona angkat koper melalui comeback sensasional mereka maka Juventus, wakil lainnya dari Italia juga hampir melakukan hal serupa kepada musuh bebuyutan Barcelona, Real Madrid.
Gianluigi Buffon menjadi salah satu pemain yang paling disorot pada pertandingan dini hari tadi (WIB). Buffon berujar dengan gamblang bahwa wasit Michael Oliver memiliki hati layaknya “tong sampah” dan menuduh sang wasit asal Inggris sebagai biang keladi tersingkirnya Juventus secara menyakitkan dari Real Madrid. Michael Oliver memberikan hadiah penalti pada Madrid di menit ke-93 setelah Lucas Vasquez dijatuhkan oleh Medhi Benatia guna menyelamatkan gawang Juventus dari kebobolan. Umpan sundul Ronaldo berhasil disapu Benatia dan ditangkap oleh Buffon namun wasit memberikan penalti hingga menimbulkan amarah para pemain Juventus terutama Buffon. Wajar saja, Juventus telah berhasil membalikkan posisi tertinggal 3 gol di kandang sendiri dan hanya terpisah beberapa detik dari babak perpanjangan waktu. Meski nampaknya keputusan wasit tidaklah salah, namun beberapa pihak masih menganggap bahwa keputusan terlalu cepat diambil karena Vasquez hanya terkena dorongan yang halus tanpa maksud menjatuhkannya.
Buffon diberikan kartu merah setelah memprotes keras keputusan Michael Oliver. Buffon sendiri pantas kecewa dan marah kala melihat wasit menunjuk titik putih. Di usianya yang telah mencapai 40 tahun dan berada di tahun terakhir kontraknya bersama Juve, mungkin pertandingan ini adalah pertandingan terakhir Buffon di ajang Liga Champions yang belum Ia menangkan.
“Untuk memberikan hadiah penalti yang tidak jelas seperti itu benar-benar menghancurkan kerja sama tim yang telah memberikan segalanya berarti Anda mempunyai sebuah tong sampah ditempat simana hati Anda seharusnya berada. Seorang manusia tidak bisa membuat keputusan dan menyingkirkan tim yang bermain dengan keputusan seperti itu. Saat saya merasa tidak layak, maka saya akan memojokkan diri saya dan menginstropeksi diri. Demikian pula yang harus dilakukannya (Michael Oliver)”, ujar Buffon disesi wawancara.
“Untuk pertandingan seperti ini, seorang wasit harus mempunyai sebuah identitas diri. Jika tidak, lebih baik Ia duduk di tribun penonton dan menonton pertandingan bersama anak dan istrinya sembari memakan cemilan yang ada”, tambah Buffon.
Cristiano Ronaldo sebagai eksekutor penalti memastikan langkah Madrid menuju babak semifinal. Golnya yang ke 120 dari 150 penampilan di ajang tertinggi klub Eropa seakan membuktikan betapa kuat dan hebatnya fisik serta mental pemain berkebangsaan Portugal tersebut. Ronaldo juga tertangkap kamera memeluk dan berbisik serta mencium Buffon saat sang kiper tengah berada dalam sesi wawancara usai pertandingan. Sebuah aksi yang sungguh profesional di luar lapangan antara 2 dari banyak pemain terbaik sepakbola yang pernah ada.
Allegri mengakui bahwa Ia mengerti kemarahan serta reaksi Buffon saat menentang keputusan wasit. “Gigi memunculkan reaksi yang dapat saya mengerti. Saya tak tahu apakah ini akan jadi pertandingan terakhirnya di ajang ini, namun melihat apa yang bisa kami cetak dalam sejarah, keputusan yang Buffon lakukan sangat manusiawi”, ujar Allegri.
Buffon dan Juventus kembali harus menelan pil pahit setelah 2 kali gagal di babak final Liga Champions. Kegagalan kali ini bahkan bisa dibilang menjadi yang paling menyakitkan karena mereka berada di ambang peluit akhir sebelum keputusan penalti diambil wasit. Entah keputusan apa yang akan Buffon ambil setelah ini.
Dari pertandingan ini saya baru diingatkan, bahwa patah hati tidak hanya terjadi saat tim kesayangan kita kalah atau pun tersingkir secara menyakitkan.
Sepakbola memang hanya membutuhkan satu pemenang. Dan tidak selamanya sepakbola menjadi permainan yang menyenangkan. Terutama bagi para pemain Juventus di hari kemarin.