Pebulutangkis ganda campuran Indonesia Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon menyebut wasit bersikap rasis dalam laga melawan pasangan Denmark Mads Conrad-Petersen/Mads Pieler Kolding pada perempat final Indonesia Open 2018 di Istora Senayan pada Jumat (6/7).
Kevin/Marcus menang dengan skor 20-22, 22-20 dan 21-18 setelah bermain dalam durasi satu jam empat menit. Di balik kemenangan tersebut, Kevin/Marcus mengungkapkan kekecewaan atas kinerja wasit.
“Ya di set pertama kami unggul 20-19, tapi kami kehilangan game [point] karena service. Kami menerima keputusan tersebut. Di set kedua, kami sudah ketinggalan tapi terus berusaha juga untuk membalikkan keadaan sampai akhirnya bisa [menang],” kata Kevin usai pertandingan kepada para awak media dalam konferensi pers.
“Set ketiga kami sudah unggul jauh, tapi ada kejadian itu ya. Lucu sih, dari awal memang wasitnya seperti rasis gitu lho. [Misalnya] Sinyo tidak banting raket, dibilang banting raket,” ucapnya menambahkan.
Kevin mengatakan ia fokus poin demi poin saat ketinggalan jauh pada gim kedua. Bila pada akhirnya mereka kalah dari Denmark, Kevin mengaku bakal menerima kekalahan tersebut, tentunya dengan proses yang adil.
“Mendatang kami harus siap lawan siapapun. Siap mental dan segalanya agar bisa memberikan yang terbaik untuk Indonesia,” ujar Kevin.
Marcus Juga Kecewa
Senada dengan Kevin, Marcus juga menilai wasit tidak berlaku adil. Ia juga keberatan lantaran seluruh wasit yang bertindak dalam pertandingan ini adalah wasit asing.
“Yang main [Denmark] itu bule, masa wasitnya bule? Service judge-nya bule, padahal mainnya di Indonesia? Kalau main di Denmark, mungkin semua wasitnya bule semua karena mainnya di sana,” ujar Marcus.
“Ini di Indonesia, masukkan kek satu wasit Asia. Lalu referee-nya marahin kami karena mainnya tidak baik. Dan wasitnya ingin kasih kami kartu hitam, lha? Masa mau memberikan kami kartu hitam ketika kami sudah menang?” katanya melanjutkan.
Marcus menilai Conrad-Petersen/Kolding yang lebih pantas mendapat kartu hitam. Ia pun tidak tahu alasan wasit ingin memberikan kartu hitam pada Kevin/Marcus.
“BWF saja yang tidak kompeten karena yang kerja di sana sudah tua-tua juga. Tidak masuk akal juga lah masa kartu hitam? Memang kami bunuh orang? Kan tidak, ya sudah [itu saja],” ucap Marcus.
Lebih lanjut, Marcus juga berkomentar tentang wasit yang sering memberikan pelanggaran kepada Indonesia karena dianggap salah servis. Menurut dia, hal itu tidak masuk akal.
“Saya tinggi 168 sentimeter, dia [Conrad-Petersen] hampir 2 meter. Perbedaan tinggi saja sudah besar, bagaimana saya bisa foul tapi dia tidak? Kan aneh.”
“Kalau ada alatnya [pengukur servis], masuk akal. Saya saja kecil begini. Masa raket dia bisa lebih rendah dari saya? Mungkin tidak? Buktinya mana foul?” ungkapnya.
Selain itu, Marcus juga menilai wasit berlaku tidak sopan usai pertandingan. Ia mengaku diteriaki wasit yang ia tidak sebutkan namanya.
“Kalau bicaranya baik-baik atau polite (sopan) begitu tidak apa-apa. Ini kan rumah kami, masa begitu?” tutur Marcus.
Marcus ingin agar wasit yang memimpin pertandingan diseleksi terlebih dahulu dengan lebih baik.
“Wasit harus diseleksi, mereka kan dibayar. Kalau gratisan ya memang tidak apa-apa seperti relawan begitu. Kalau dibayar ya tidak bisa lah, kan harus ada tingkatannya.”
“Ini tidak jelas, tau-tau ada jadi referee seperti itu. Ya pasti kami sudah mengajukan protes dari PBSI,” ungkap Marcus.
Sumber foto: suara.com