6 tahun.
6 tahun yang lalu adalah terakhir kalinya Zlatan Ibrahimovich bermain menghadapi kesebelasan yang dilatih oleh Pep Guardiola. Kala itu Zlatan pergi dari Barcelona dan berpindah ke AC Milan akibat ketidakharmonisan yang terjadi antara dirinya dengan Guardiola. Pada babak grup Liga Champions musim 2010/2011, AC Milan dengan gol yang dihasilkan oleh Zlatan berhasil menahan imbang Barcelona 1-1 meski pada pertandingan berikutnya di Camp Nou mereka harus menyerah dengan skor 3-2. Takdir kembali mempertemukan Zlatan dengan Guardiola di babak perdelapan final. Kali ini AC Milan hanya mampu bermain imbang tanpa gol di San Siro dan menyerah 3-1 di kandang Barcelona berkat 2 gol Lionel Messi dari titik penalti.
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa Zlatan tidak memiliki hubungan yang baik dengan mantan pelatihnya di Barcelona itu. Pada tahun 2009 lalu, Zlatan datang sebagai pemain termahal sepanjang sejarah Barcelona dengan mahar 69,5 juta Poundsterling. Zlatan datang dan meninggalkan Inter Milan akibat obsesinya untuk meraih trofi Liga Champions yang musim sebelumnya berhasil dibawa pulang oleh Barcelona.
Sayang sungguh sayang, semua berjalan tidak sesuai harapan. Meski di awal karirinya mencetak banyak gol dan menjadi sumber inspirasi kemenangan Barcelona, Zlatan yang merupakan anak baru di Barcelona harus menelan pil pahit yang selama ini tak pernah ia bayangkan. Lionel Messi yang diplot bermain melebar dalam formasi 4-3-3 arahan Guardiola menyampaikan pendapatnya untuk kembali diplot bermain di tengah dan bukan melebar sebagai pemain sayap. Dan disinilah konflik panjang Zlatan dan Guardiola bermula.
Mendengarkan keluh kesah anak emasnya, Guardiola langsung merubah sistem permainan Barcelona ke pakem 4-5-1 dengan Messi bermain sebagai penyerang lubang di belakang posisi Zlatan. Di autobiografi miliknya yang berjudul “I Am Zlatan”, semua keluh kesahnya tentang Guardiola dan Barcelona seakan tumpah ruah tanpa berusaha ia tutup-tutupi. Zlatan yang merasa bermain dengan baik tidak terima dengan keputusan Guardiola yang menjadikan Messi sebagai inti pusat permainan Barcelona dengan mengabaikan kemampuannya sebagai seorang pesepakbola. Di dalam bukunya Zlatan bercerita bahwa semenjak perubahan formasi dilakukan ia bermain tidak seperti dirinya sendiri dan bahkan terkadang hanya berperan sebagai pemain umpan untuk membuka ruang dan celah bagi pergerakan Lionel Messi. Sebuah penghinaan baginya yang memiliki harga diri sangat tinggi.
Keadaan bertambah buruk saat Zlatan berusaha untuk menghampiri Guardiola dan mengungkapkan buah pemikirannya. Ia berkata, “Aku datang tidak untuk mencari perkara ataupun masalah lainnya. Aku hanya ingin berbicara mengenai peran serta permainanku di dalam tim.” Guardiola balas menjawab bahwa ia sangat senang mendengar perkataan seperti itu keluar dari mulut anak asuhnya. Hanya saja Zlatan berkata bahwa ekspresi wajah Guardiola menyiratkan raut muka yang dingin seakan acuh tak acuh pada apa yang telah diucapkannya.
Benar saja, Zlatan yang telah menyuarakan pendapatnya ternyata tidak mendapatkan perubahan berarti dan malahan suasana malah berubah semakin buruk baginya. Bahkan Zlatan juga sampai berujar, “Aku adalah pemain termahal yang pernah didatangkan ke tim ini. Jika kau menggunakanku seperti ini, maka kemampuan maksimalku tidak akan mampu kuperlihatkan. Kalian bagaikan membeli sebuah mobil Ferrari namun mengendarainya bagaikan sebuah mobil Fiat! Kalian tidak membeli permain termahal dunia untuk duduk menyaksikan burung berikcau!”
Zlatan bahkan sampai ikut menyindir Barcelona sebagai tim yang memiliki sistem bagaikan sebuah institusi sekolah dasar. Disana ia mengibaratkan Messi, Iniesta, dan Xavi sebagai murid berperilaku baik serta berprestasi yang menjadi anak kesayangan para guru. Sedangkan dirinya yang mungkin pernah mencuri sepeda sewaktu kecil serta berbuat onar dan hobi mengendarai mobil super cepat dianggap sebagai murid bengal tidak tahu adat yang kerjanya hanya mencoreng nama baik sekolah.
Kebencian Zlatan semakin menjadi kala Guardiola mulai bersikap tidak acuh dan dingin di setiap sesi latihan yang diikutinya tiap hari. Puncaknya, Zlatan yang pada pertandingan melawan Villareal hanya bermain di 5 menit terakhir pertandingan mendadak murka saat peluit panjang ditiupkan. Ia berjalan ke koridor lorong ruang pemain dan menendang kencang-kencang sebuah tong sampah ke arah Guardiola. Zlatan berujar,”Saat itu saya sudah sangat siap untuk bertarung dan menghabisi Guardiola. Namun apa yang saya saksikan sungguh diluar dugaan. Ia hanya mengambil tong sampah tersebut, mengangkatnya dan mengembalikannya ke posisi semula tanpa berekspresi dan mengucapkan satu patah katapun. Ia lantas beranjak pergi seakan tidak menyaksikan apa-apa.”
Pada buku biografinya bahkan Zlatan enggan menuliskan nama Guardiola setelah memperjelas keberadaan Guardiola dalam ceritanya. Ia mengganti dan menuliskan nama sang pelatih sebagai “The Philosopher”, seorang pribadi yang membuat seorang Zlatan bertanya mengenai apa yang sebenarnya telah ia lakukan hingga harus diperlakukan sedemikian rupa. Zlatan bahkan pernah kesulitan untuk tidur di Barcelona akibat keingintahuannya perihal sikap dingin dari The Philosopher. Sampai detik ini ia bahkan tidak tahu kesalahan apa yang ia buat hingga harus mengalami penghinaan seperti itu.
Dan kini meski 6 tahun telah berlalu, bukan berarti Zlatan telah melupakan segala hal buruk yang ia terima kala berseragam Barcelona. Dulu, Zlatan merasa bahwa ia telah “dikorbankan” oleh Guardiola. Kini ia berkesempatan menuntut balas bersama dengan pelatih yang ia anggap sebagai yang terbaik di dunia. Kebetulan pelatihnya saat ini juga punya sejarah panjang yang tidak begitu baik terhadap Guardiola.
“Sebagai pelatih sepakbola, Guardiola merupakan salah satu yang terbaik. Sebagai seorang pria, lebih baik aku tidak berkomentar lebih lanjut.”, ujar Zlatan saat ditanyai pendapatnya mengenai Guardiola. “Jose Mourinho adalah seorang bintang. Ia adalah orang yang sangat kuhormati dan kuanggap sebagai seorang ayah di dalam tim. Bayangkan, pertama kali ia bertemu dengan istriku Helena, Jose berujar bahwa ia hanya mempunyai satu misi yaitu untuk menjagaku, memberiku makan, membiarkanku tidur, serta menyenangkan hatiku. Pelatih mana yang bisa berbicara sejujur itu selain Jose? Ia adalah orang yang akan selalu kubawa maju ke medan perang. Aku bermain dengan mental siap mati untuknya setiap kali aku turun ke lapangan. Ia bahkan selalu menanyakan kabarku setelah kami tidak bersama lagi di Inter Milan. Aku bisa mengekspresikan segala pemikiranku kepadanya dan menjaga hubungan baik kami hingga detik ini”. Sungguh kontras bagaimana cara Zlatan melihat dua pelatih yang menjadi highlight dari karir gemilangnya selama ini.
Di lain sisi, Guardiola nampak selalu menghindari pembicaraan mengenai mantan anak asuhnya tersebut. Saat Zlatan bersiap untuk menuntaskan dendam lamanya, Guardiola harus banyak berdoa agar ia tidak perlu banyak bicara setelah pertandingan Sabtu esok mendatang .
Setidaknya Guardiola boleh berharap untuk menuntaskan pertandingan tanpa aksi akrobatik dari mantan anak asuhnya tersebut.
Tapi jangan lupa, bisa saja malah penantian panjang Zlatan Ibrahimovich selama 6 tahun terakhir ini yang akan segera menemui akhirnya.
Pic source: eonsports.com.au