Pernah mendengar nama CDEC? Kalau penggemar Dota 2 dan sering menonton pertandingan esports-nya pasti mengetahui tentang nama ini.
Tim CDEC Gaming merupakan runner-up dari The International 5 yang dimenangkan oleh Evil Geniuses bersama PPD dan SumaiL.
Namun, apakah kalian tahu kalau CDEC itu aslinya bukan merupakan sebuah tim?
Ya, CDEC atau Chinese Dota 2 Elite Community merupakan nama dari sebuah liga online yang berada di Tiongkok.
Liga ini bertujuan untuk mencari bibit-bibit muda bertalenta di ranah Dota 2 Tiongkok. Peran dari CDEC sendiri bisa dikatakan cukup besar dalam kesuksesan Dota 2 Tiongkok.
Jebolan dari liga ini pun tidak main-main kualitasnya. Nama-nama yang pernah mencapai posisi pemain terbaik di Dunia merupakan hasil dari mengikuti liga ini.
Sebut saja seperti Luo ‘Ferrari_430’ Feichi, Sun ‘Agressif’ Zheng, dan yang saat ini baru saja kembali ke PSG.LGD, Lu ‘Maybe’ Yao.
Segan? Ya, siapapun akan segan mendengar nama-nama mereka. Bagaimana dengan Indonesia? Apakah terdapat liga seperti ini?
Sejauh pengetahuan penulis, belum ada liga dengan sistem musim reguler yang terbuka untuk umum dan bertujuan untuk mencari bakat tersembunyi dari seluruh penjuru Indonesia.
Tahun 2017 silam, memang terdapat liga CDEC yang bisa diikuti pemain di Indonesia, namun berskala SEA bukanlah Indonesia saja dan hanya bergulir satu musim.
Selain itu, juga terdapat JD.ID Highschool League yang menandingkan pemain-pemain muda Indonesia dalam bidang Dota 2 namun memiliki konsep yang berbeda dengan liga yang dimaksud.
Pemain-pemain yang mempunyai kemampuan luar biasa, jika tidak memiliki koneksi dengan pemain profesional besar, kecil kemungkinannya untuk bermain di tim-tim besar.
Hal ini pun bisa dilihat sendiri dari sedikitnya pemain muda Dota 2 di Indonesia yang mampu bersaing secara profesional.
Salah satu yang bisa dibanggakan tentunya dari PG.Barracx sendiri yaitu Vinz, sang bocah kelas 5 SD yang mampu mencapai 7000 MMR dan berada dalam skuad utama tim tersebut.
Selain dirinya dan lulusan PG.Barracx Academy, tidak ada lagi pemain dibawah 18 tahun yang mendapat lampu sorot untuk menunjukkan bakat terpendamnya.
Untuk itu, apa yang harus dilakukan agar masa depan esports khususnya Dota 2 terjaga?
Tentu saja dengan mengadakan turnamen terbuka berskala nasional oleh penyelenggara-penyelenggara besar di Indonesia.
Dengan catatan, pemain profesional dalam artian pemain yang tergabung dengan organisasi esports dan sudah mendapat gaji bulanan tidak boleh mengikuti turnamen ini.
Selain itu, juga ada jalur untuk mendapatkan kontrak terhadap tim-tim besar di Indonesia semacam BOOM.ID, RRQ, dan EVOS Esports; seperti yang dilakukan CDEC bersama tim seperti PSG.LGD, Vici Gaming, Royal Never Give Up dan seterusnya.