Italia kembali menunjukkan supremasi mereka selama Piala Eropa 2016 setelah berhasil mengalahkan sang juara bertahan Spanyol 2 gol tanpa balas.
Hasil akhir 2-0 yang diraih Italia tidak serta merta berarti Italia bermain dominan atas Spanyol sepanjang berjalannya pertandingan. Iniesta cs yang dikenal dunia melalui permainan umpan pendek tiki-takanya berhasil mencatatkan total 59% penguasaan bola pada akhir laga. Namun, apalah arti sebuah penguasaan tanpa adanya hasil akhir yang berupa kemenangan.
Conte dan anak asuhnya secara luar biasa berhasil menggalang lini pertahanan yang begitu solid dengan dikomandani oleh trio BBC (Barzagli, Bonucci, dan Chiellini) serta sang skipper, Gianluigi Buffon. Italia yang tetap setia menggunakan formasi awal 3-5-2 berhasil meredam pergerakan para pemain bertahan, serta gelandang andalan Spanyol, Sergio Busquet dengan pressing cepat Pelle, Eder, Giaccherini, Parolo, dan duo wing back Florenzi dan De Sciglio.
Spanyol yang seringkali membangun pola penyerangan dari lini belakang dibuat kelabakan kala Italia merubah formasi mereka menjadi 3-4-3 atau 3-3-4 saat melakukan pressing di daerah pertahanan Spanyol. Hasilnya, Busquet yang selalu menjadi gelandang distributif titik sentral awal penyerangan Spamyol berhasil diredam terbukti dari jumlah operannya yang hanya sebanyak 18 operan. Jumlah operan yang sangat sedikit berbanding dengan jumlah operan yang dilakukan Busquet pada pertandingan lainnya (rata-rata Busquet melepaskan lebih dari 40 operan berhasil di tiap babaknya).
Italia yang mengandalkan serangan balik serta pressing tinggi pada para pemain Spanyol membuat mereka nyaman mengakhiri babak pertama dengan keunggulan 1 gol hasil sontekan Chiellini memanfaatkan kesalahan De Gea mengantisipasi tendangan bebas Eder. Pressing tinggi serta skema serangan balik Italia melalui para pemain tengahnya yang terus berlari tanpa henti mengisi tiap ruang yang ada membuat Spanyol sering melakukan pelanggaran pada pemain Italia di sekitar wilayah kotak penalti David De Gea.
Saat babak ke-2 dimulai, Spanyol mulai kembali mendapatkan ritme mereka dalam menguasai pertandingan. Namun, kelihaian Conte dalam menginstruksikan pemainnya untuk bermain lebih ke dalam dengan formasi 5-3-2 di separuh akhir wilayah mereka sendiri membuat Spanyol kesulitan mengalirkan bola ke wilayah penalti tim Italia. Florenzi, De Sciglio, dan Giaccherini yang juga terus bergerak membantu pola penyerangan Italia kala melakukan serangan balik mengakibatkan Sergio Ramos dan Gerard Pique harus kerap berhati-hati meninggalkan daerah pertahanan Spanyol yang telah ditinggal Juanfran dan Jordi Alba saat maju melalui kedua sisi sayap lapangan. Penyerangan Italia yang seringkali berpusat dari tengah dengan menggunakan kedua wing back Florenzi dan De Sciglio sebagai umpan membuat Spanyol harus berjibaku memutus serangan Italia dengan melakukan pelanggaran-pelanggaran di tengah lapangan.
Saat Del Bosque mulai panik dan malah mengganti para pemain menyerang Spanyol, Conte tetap tenang meski De Rossi harus menepi di tengah pertandingan dan digantikan oleh Thiago Motta karena cedera pinggul yang dialaminya. Del Bosque yang harusnya memasukkan Koke ataupun Bellerin untuk memaksimalkan alur serangan dari lini belakang dan tengah Spanyol malah terhasut oleh taktik Conte. Dan hasilnya Italia yang beruntung memiliki sosok seorang Buffon berhasil bertahan dari badai serangan Spanyol di babak ke-2.
Meskipun Spanyol berhasil melepaskan 12 tendangan ke gawang pada babak ke-2, Buffon berhasil melakukan 4 penyelamatan gemilang terutama penyelamatannya di menit-menit akhir kala mengalau sepakan Pique dari jarak dekat. Serangan balik hasil sapuan Buffon bahkan berujung pada proses terjadinya gol ke-2 Italia yang sangat cantik.
Conte berhasil menjadi sosok terpenting dibalik keberhasilan Italia melaju sejauh ini. Saat tidak banyak orang yakin akan tim Italia saat ini, Conte percaya bahwa taktik dan harmonisasi tim jauh lebih penting dibandingkan dengan nama besar pemain dalam suatu kesebelasan. Conte memiliki suara dan pengaruh terbesar dalam tubuh tim nasional Italia dan hal tersebut berdampak pada adanya suatu kolektifitas dari para pemain yang ingin melakukan pembuktian pada seluruh mata dunia yang tertuju pada mereka.
Conte adalah bintang terbesar si tim nasional Italia. Ia menjadi seseorang yang mempunyai kontrol dan kuasa penuh dalam setiap rinci dan detail kegiatan sekuruh skuad Gli Azzuri. Penjagaan ketat selama sesi latihan dari serbuan para wartawan dan reporter, serta obsesinya dalam meracik taktik terbayar lunas dengan keberhasilan Italia melaju sejauh ini.
Saat Del Bosque malah terkurung oleh skema permainan lawan, pesona Antonio Conte semakin terpancar dan mengintimidasi lawan.
Jika saat melawan Spanyol kemarin Conte memperlihatkan aksi menendang bola dan selebrasi penuh emosi dari pinggir lapangan, janganlah heran jika kita akan melihat pemandangan yang sama saat Italia nanti berhadapan dengan Jerman.
That’s how he like it, and that’s how he roll.
Bring it on Germany!