Arsene Wenger memang sudah tak lagi melatih Arsenal dan sering tampil di layar kaca. Hanya saja, setelah kini menjabat sebagai Head Chief of global football di FIFA, pesona Wenger tak memudar dan malah kian bersinar. Hal ini terlihat saat sesi wawancara dan tanya jawabnya dengan media The Guardian menjadi bahan perbincangan banyak orang yang kian menilai tinggi sang profesor.
Buku biografinya yang berjudul My Life in Red and White pun menjadi salah satu buku paling ditunggu perilisannya tahun ini, Jejak cerita perihal apa yang selama ini Ia alami, terutama di akhir masa kerjanya bersama Arsenal membuat banyak pihak begitu menantikan buku biografi pelatih asal Perancis tersebut.
Dalam sesi wawancara dan tanya jawab bersama Guardian, kita bisa melihat bagaimana Arsene Wenger mendedikasikan hidupnya kepada sepakbola. Bagaimana Ia berusaha merubah pandangan masyarakat lokal maupun dunia melalui permainan yang timnya tunjukkan. Ia juga berujar bagaimana Ia hanya ingin berbagi hal – hal baik dengan tak menyebut nama Jose Mourinho sekalipun dalam buku biografinya nanti. Ia paham betul bahwa pelatih sepakbola juga hanya manusia biasa dan pertikaian di pinggir lapangan tentu takkan terhindarkan. Ia berujar bahwa kini Ia dan Mourinho menjalin hubungan yang sangat baik setelah sempat juga menjadi tandem dalam beberapa acara bersama.
Wenger juga menuturkan bagaimana Ia belajar untuk lebih mengerti pemahamam sosial antar manusia setelah Ia mengakui baru saja selesai membaca buku Sapiens karya Yuval Noah Harari. Ia beranggapan bahwa buku itu bisa membantunya menghadapi berbagai permasalahan serupa saat kini tengah menjabat di FIFA.
Ia mengaku bahwa sepakbola adalah tentanh hidup dan mati baginya. Hal ini terlihat jelas dari bagaimana Ia sendiri tertawa kala harus membuat kecewa Patrick Marber yang bertanya perihal musik dan teater favoritnya selama ini. Ia mengaku bahwa bahkan setelah 20 tahun lebih tinggal di London Ia hanya tahu persis jalan menuju tempat latihan dan stadiun Emirates. Fokusnya yang bisa dikatakan “gila” inilah yang dinilai membuatnya mampu menghadapi tekanan selama 22 tahun. Ia berujar bahwa jika tidak ditanggapi seserius itu, sepakbolanya takkan mampu memberi pengaruh yang kuat bagi para penonton di seluruh dunia. Arsene Wenger tahu benar bagaimana olahraga ini mampu menjadi katalis dari suatu perubahan luar biasa dalam kehidupan banyak orang.
Tak ketinggalan, Ia juga berujar bahwa teknologi neuroscience (kecepatan berpikir dari otak) akan menjadi hal besar berikutnya di dunia sepakbola. Ia juga tentunya menanggapi pertanyaan mengenai Arsenal yang Ia cintai. Wenger berujar bahwa Ia yakin Arsenal dan Arteta sudah berada di trek yang tepat. Ia bahkan memprediksi Arsenal akan finis di posisi 4 besar atau bahkan lebih tinggi. Ia juga menjelaskan mengapa sampai saat ini Ia belum kembali ke Emirates Stadium, dan pemikirannya mengenai peluang Thiery Henry untuk melatih Arsenal suatu hari nanti.
Sungguh menyenangkan memang melihat sang profesor berinteraksi sembari menuangkan apa yang ada dalam kepalanya. Setidaknya, wawancara ini sedikit mengobati kerinduan akan sosok pelatih yang membuat saya jatuh cinta akan olahraga sepakbola. Dan pastinya memberikan hiburan yang lebih baik dibandingkan laga persahabatan internasional yang begitu membosankan pada akhir pekan lalu.