Sejarah akan segera tercipta pada pertandingan final Liga Champion musim 2015/2016. Pertarungan antara dua rival sekota, Real Madrid dan Atletico Madrid akan menghadirkan rekor yang sebelumnya tidak pernah terjadi. Real Madrid yang 2 tahun lalu berhasil meraih ambisi La Decima kini mengejar rekor baru yaitu gelar, La Undecima, 11 kali menjuarai trofi Liga Champion. Sedangkan di lain pihak, Atletico berniat menuangkan tinta emas pertama mereka sebagai juara dalam ajang yang sama.
Melihat sepak terjang kedua tim musim ini bagaikan melihat perbandingan antara air dan api. Real Madrid menjadi tim nomor dua yang paling ganas di ajang Liga Champion serta menjadi tim kedua paling produktif di ajang La Liga dan 5 besar kompetisi di Eropa. Sedangkan Atletico menjadi tim yang paling baik dalam bertahan dengan jumlah 18 kali kebobolan dalam 38 pertandingan La Liga musim ini. Jumlah kebobolan mereka adalah yang paling sedikit diantara seluruh tim di 5 besar kompetisi Eropa.
Jelas sangat menarik melihat apa yang akan tersaji pada laga final di Milan nanti. Secara statistik terlihat jelas Real lebih sering menguasai jalannya pertandingan dan penguasaan bola dibandingkan Atletico. Total musim ini Real meraih angka 7.548 total operan dengan 6.801 tepat mengenai sasaran berbanding dengan Atletico yang melakukan total hanya 5.459 operan dengan diataranya 4.583 kali menemui sasaran. Real Madrid juga meraih total 54% rataan penguasaan bola berbanding dengan Atelico yang hanya meraup 46% rataan penguasaan bola. Terlihat jelas dari statistik sederhana di atas bahwa Real Madrid merupakan pihak yang lebih ofensif dalam perbandingan kedua tim ini.
Cristiano Ronaldo jelas jadi aktor utama Real Madrid sepanjang musim ini. Berbicara spesifik dalam ajang Liga Champion, dalam 11 pertandingan Ia sendiri mampu menyumbangkan 60% total gol Real Madrid di ajang ini. Real mencetak total 27 gol dengan Ronaldo merobek jala lawan sebanyak 16 gol. Trigolnya kala mengantarkan Real mengalahkan Wolfsburg menjadi titik balik perjalanan Real serta pelatih baru mereka Zidane dalam mengarungi sisa musim kompetisi. Meski Zidane tidak terlalu banyak melakukan perubahan dalam sisi permainan dan taktis, namun kehadirannya memberikan suntikan moral dan emosional yang jauh lebih baik dibandingkan pada masa Benitez pada awal musim. Zidane yang banyak menimba ilmu saat menjadi asisten Ancelotti tetap mempertahankan gaya sepakbola menyerang Real Madrid selama ini.
Dan meski raihan total jumlah kebobolan paling sedikit musim ini di Liga Champion juga dipegang oleh kiper Keylor Navas milik Real Madrid, ada satu sosok yang nantinya jelas menjadi penghalang berat yang harus dilalui para pemain Real dalam upaya mereka meraih gelar Liga Champion ke-11. Setelah mengorbitkan banyak kiper potensial dala beberapa tahun terakhir seperti Sergio Asenjo, David De Gea, hingga Thibaut Courtois yang menimba ilmu di sana, kini Atletico memiliki salah satu kiper terbaik pada era mereka. Dijuluki “The Wall”, Jan Oblak jelas akan menjadi momok yang merepotkan Real di final nanti. Dianggap sebagai salah satu kiper terbaik sepanjang masa Atletico, Oblak menjadi salah satu kunci Atletico dalam upaya mereka menuju partai puncak. Berhasil menjinakkan tim kelas berat seperti Barcelona dan Bayern Muenchen jelas menjadi acuan sahih tentang betapa rapat dan sulitnya menembus tembok pertahanan Oblak. Bahkan dari kabar yang beredar kala melakukan sesi latihan akhir melawan tim simulasi Real, pertandingan latihan tersebut diakhiri dengan hasil 0-0 dimana gawang Oblak tetap steril dan bersih dari gol lawan! Dan kredit pun tidak bisa diberikan hanya pada Oblak seorang. Keberhasilan Simeone meracik strategi untuk bermain kolektif membuat seluruh pemain Atletico dituntut bermain rapi dan terorganisir secara mendalam.
Saat kedua tim dengan filosofi berbeda ini bertabrakan pada laga final, maka semua statistik nyata, hingga hal-hal berbau mistis akan menjadi bahan pergunjingan seluruh pecinta sepakbola. Hal-hal mistis seperti Real Madrid yang selalu memenangkan laga saat didapuk sebagai tim tuan rumah pada laga final bahkan menjadi ajuan yang membuat banyak orang percaya bahwa Real akan kembali menjadi pemenang pada laga final nanti (mereka tetap bermain di venue netral namun menjadi tim tuan rumah berdasar pada hasil undian di fase gugur sebelumnya).
Namun seperti apa yang kita tahu, laga ini jelas akan berbeda dari laga final 2 tahun lalu di Lisbon. Seperti apa yang dikatakan oleh bek Atletico Diego Godin bahwa ini bukan merupakan ajang balas dendam tetapi menjadi ajang pembuktian sejauh apa kedua tim telah berkembang. Dengan kehadiran Torres, Griezmann, Oblak, dan, Saul Niguez yang tidak terlibat dalam final 2 tahun lalu serta semakin matangnya strategi dan pemahaman pertandingan hasil racikan Simeone, Godin jelas boleh berkata demikian.
Dan jika mungkin Real Madrid diunggulkan dalam sisi pemain, maka Atletico boleh percaya diri karena jelas sosok Simeone memiliki pengalaman yang jauh lebih banyak dari Zidane. Seperti apa yang dipaparkan oleh Zidane dalam satu sesi wawancara, Ia berkata, “Sebagai seorang pelatih, Simeone memiliki segala aspek yang diperlukan.”. Lalu saat ditanyakan apa yang dibutuhkan olehnya sebagai manajer, Zidane menjawab, “Tentunya banyak hal yang harus saya pelajari.”
Attack vs defence. Learning vs experience. Real Madrid vs Atletico Madrid.
Siapapun pemenangnya, kota Madrid akan berpesta di Milano pada akhir minggu ini.