Neymar adalah sosok pesepakbola paling potensial pada masanya. Melejit bersama Santos, Neymar dipercaya akan menjadi pemain berikutnya yang memecahkan dominasi Messi dan Ronaldo. Sayang, 10 tahun berselang sejak namanya mencuat, kini Neymar malah kalah pamor dengan pemain seperti Kylian Mbappe, Kevin De Bruyne, hingga Virgil Van Dijk yang bahkan dulu tak pernah dianggap sebagai sosok bek mumpuni untuk tim sekelah Southampton.
Baru – baru ini Neymar kembali muncul di media massa berkat ungkapannya yang menganggap hubungan antar dirinya dan pendukung PSG layaknya hubungan sepasang kekasih. Meski berhasil mencetak prestasi di atas lapangan hijau, nampaknya media memang lebih senang mengulik celotehan serta kisah Neymar di luar lapangan. Padahal tentu kita tidak boleh melupakan bagaimana Neymar menjadi sosok pemimpin generasi sepakbola Brazil dalam 8 tahun terakhir. Bahkan Neymar berhasil membawa Brazil meraih medali emas perdana mereka di ajang Olimpiade. Belum lagi perjalanan heroiknya di Piala Dunia 2014 yang dilakukan di tanah Brazil. Cederanya di babak 8 besar menjadi duka nasional. Kekalahan 1-7 dari Jerman pun dipercaya banyak pihak terjadi karena absennya Neymar kala itu. Bukti bahwa kemampuan mengolah bola Neymar sebenarnya begitu luar biasa hingga bisa disandingkan dengan sosok 2 manusia luar angkasa asal Argentina dan Portugal versi EARTH 356.
Pemberitaan kurang baik ini memang terjadi semenjak Neymar hijrah ke Paris pada 2017 silam. Padahal harusnya Neymar bisa membentuk duet terbaik bersama Lionel Messi sang alien jika memutuskan bertahan. Belum lagi sokongan Luiz Suarez yang menjadikan mereka sebagai trio paling mengerikan pada jamannya. Hanya saja Neymar punya ambisi. Ia ingin pembuktian sebagai pemain yang mampu bersaing untuk jadi nomor satu. Sayangnya, prestasi di ajang Liga Champions tak kunjung tiba. Prestasi musiman di ajang Ligue 1 tak lagi cukup. Hal ini diperparah dengan egonya yang semakin tinggi setelah datang dengan status termahal di muka bumi. Tanpa sadar, mungkin pindah ke Paris adalah satu dari banyak keputusan terburuk yang Ia buat. Rentetan cedera pun banyak menghampirinya setelah kepindahan ke Perancis. Hingga yang teranyar, Neymar harus absen saat teman – temannya berhasil membawa Brazil jadi yang terbaik di ajang Copa America 2019.
Gaduh karena pemberitaannya yang ingin rujuk dengan Barcelona pun menambah pahit kisah Neymar. Dianggap tidak loyal dan konsisten dalam ucap serta tindaknya, Neymar kini harus bersabar setidaknya hingga bursa transfer musim dingin nanti. Hanya penampilan terbaik bersama PSG saja yang bisa membuat media massa kembaliu menceritakan kisahnya kala berjuang di atas lapangan.
PSG tak perlu ngotot. Jika Brazil saja bisa tanpa Neymar, mengapa PSG tidak? Pendukung PSG tak perlu membenci Neymar karena cinta sang pemain pun tak pernah tertuju pada mereka sedari awal. Pemberitaan dan uang mungkin saja jadi alasannya bertahan dalam serbuan caci maki itu.
Mungkin selama ini potensi terbaik Neymar bukanlah sosoknya kala bermain di atas lapangan hijau. Mungkin karirnya sebagai pesepakbola hanya akan jadi bantu loncatannya untuk berkarir di dunia yang lebih gemerlap di luar sana.