Sejumlah rider MotoGP telah menyatakan keprihatinan atas pengenalan aturan baru tekanan ban depan untuk 2023.
MotoGP dikabarkan akan menegakkan aturan mengenai penggunaan tekanan ban minimum, yakni 1,9 bar untuk ban depan dan 1,7 bar untuk ban belakang.
Hal ini dilakukan karena banyak tim yang diduga berbuat curang dengan mengurangi tekanan ban depan sebelum balapan.
Namun, hal itu malah mendapat pertentangan banyak pihak yang sudah melakukan riset selama digelarnya tes di Sirkuit Sepang awal Februari ini.
Rider Gresini Ducati, Alex Marquez, mengaki aturan tekanan ban depan tidak masuk akal dan membahayakan para rider saat bertarung.
“Kami bekerja cukup banyak pada aturan tekanan baru, itu menarik,” kata Marquez dilansir Autosport.
“Yang depan, sejujurnya, tidak masuk akal, terutama untuk balapan, karena bisa jadi tidak aman.”
“Untuk yang belakang, saya setuju sekali. Sepanjang akhir pekan, serangan waktu, semuanya [Saya berlari di atas level minimum].” tambah Alex.
Senada dengan Alex, rider Ducati Francesco Bagnaia mengaku aturan tekanan ban musim ini sangat membahayakan para rider.
“Saya melakukan semua sesi dengan tekanan ban depan yang sangat tinggi, karena pada saat ini minimum rendah tidak tetap atau ditegakkan, itu tidak di sana.” kata Bagnaia.
Pada kompetisi MotoGP paruh pertama, rencana itu digunakan sebagai masa penyesuaian tanpa sanksi.
Nantinya sanksi akan dijatuhkan untuk menghindari praktik serupa seperti yang terjadi di musim-musim lalu.
Sementara itu, rider Aprilia, Aleix Espargaro, mencatat bahwa tes Sepang menyoroti masalah lebih lanjut dengan sensor spesifikasi yang akan digunakan tim pada 2023, karena sistem itu dan yang digunakan tim Aprilia saat ini tidak cocok dalam hal angka.
“Kami menjalankan kedua sistem tersebut,” kata Espargaro pada hari pembukaan tes Sepang.
“Yang yang ini akan kami gunakan pada 2023. Untuk saat ini, tes ini hanyalah informasi untuk digunakan para insinyur.”
“Kami tidak mencocokkan angka yang sama, setidaknya di tim penguji, angka yang sama di sensor.” imbuhnya.