Bak sebuah tontonan sirkus, pemberitaan perihal masa depan Lukaku memang layaknya sebuah pertunjukkan yang begitu penuh tanya serta cukup mendebarkan. Tentu bagi beberapa pihak hal ini lebih lekat dengan rasa menyebalkan melihat tingkah laku sang pemain yang cukup ajaib selama berkarir di banyak klub.
Memulai di Anderlecht, diminati Chelsea, bersinar kala bermain di West Brom dan Everton, Lukaku kembali ke Chelsea, membelot ke Manchester United, hijrah ke Inter Milan, lalu lantas kini ingin bermain di kota Turin bersama Juventus. Melihat inkonsistensinya dalam mencetak gol, Lukaku jelas menjadi pembicaraan panas bagi mereka yang kerap mengkritik perilaku sang pemain karena dianggap manja dan tak mengenal arti kata loyalitas.
Setelah dijadikan bahan bercandaan di laga final Liga Champions, Lukaku yang diselamatkan karirnya oleh Inter malah kini membuka jalan untuk bermain bagi klub rival mereka musim depan. Jelas hal ini membuat banyak pihak geram dan kian membenci perilaku Lukaku.
Bersama timnas Belgia, Lukaku pun tak jauh dari konflik dan kerap menjadi sasaran tembak kemarahan para fans karena permainannya yang tak konsisten.
Padahal, kita tahu betul bagaimana Lukaku merupakan salah satu sosok penyerang yang sesungguhnya punya kemampuan komplit untuk menjadi salah satu penyerang terbaik di muka bumi. Namun entah apa alasannya, Lukaku nampak tak berhasil menggapai potensi tersebut dan lantas berakhir dalam drama panjang seperti yang selama ini kita baca di media.
Ditawar oleh salah satu klub di Arab Saudi, Lukaku menolak ajakan tersebut dan masih kerasan bermain di Liga Eropa. Namun jika tak kunjung menemukan performa terbaiknya, Lukaku mungkin perlu lebih bijak mempertimbangkan tawaran yang datang dari Arab Saudi jika memang mereka kembali mengajukan penawaran serupa.