Meski Firmino bukanlah pencetak angka utama bagi Liverpool, posisinya sebagai seorang penyerang memberikan beban bernamakan gol layaknya tugas penyerang di lapangan pada umumnya. Sayang, atribut utama Firmino ini membuatnya tak cukup mendapat apresiasi meski mungkin bukan hal itulah yang penting bagi Firmino, maupun Liverpool. Atribut Firmino yang luar biasa dalam urusan link-up play dan pressing menjadi kekuatan utamanya selama ini di atas lapangan. Meski demikian, lagi – lagi para penonton lebih mengapresiasi sebuah gol ataupun assist. Tanya saja pada Olivier Giroud kalau masih tidak percaya.
Yang terjadi saat ini, Firmino nampak menemui jalan buntu. Meski masih bermain baik, Liverpool kerap kesulitan karena seperti yang kita tahu, pemain sepakbola seringkali mengalami masa – masa penurunan performa karena satu dan berbagai hal. Tokcernya kerja sama trio Firmansah sudah berlangsung selama 3 musim dan musim ini adalah musim keempat mereka bekerja sama. Wajar jika satu atau lebih dari mereka butuh back-up atau pemain pengganti yang bisa menawarkan solusi berbeda.
Klopp tentu sangat paham akan hal ini dan hadirlah nama – nama seperti Origi, Shaqiri, Oxlade – Chamberlain, hingga Minamino yang didaulat untuk menjadi pemain pendukung. Namun, baru nama Diogo Jota lah yang terlihat mampu mengemban peran pemain pengganti ini dengan baik. Sangat baik.
Jota bahkan bisa merusak hegemoni trio ini andai penampilan apiknya berlanjut. Atribut permainannya yang mirip dengan Firmino didukung kemampuan teknis serta running from behind yang sangat baik. Dua hal ini didukung dengan mampu bermainnya Jota di berbagai posisi. Pemain versatile yang sejauh ini ternyata lebih dibutuhkan Liverpool dan membuat kita sadar bagaimana tepatnya pilihan Klopp untuk tidak mendatangkan Timo Werner. Meski terlihat meragukan saat pertama kali datang, Jota menjawab mereka yang ragu dengan rentetan golnya meski tak selalu jadi pilihan utama. Yang terbaru, hattrick ke gawang Atalanta membawanya jadi pemain ketiga setelah Owen dan Mane sebagai pemain yang mencetak trigol dalam perjalanan Liverpool di kancah Eropa.
Kemampuan teknis Jota seperti first touch, keakuratan tembakannya, hingga melepaskan diri dari marking pemain bertahan lawan membuat Jota menawarkan cara baru bagi Liverpool untuk mengubah alur pertandingan terutama saat menyerang. Perlu dicatat juga bahwa kemampuan link-up dan pressingnya sama baik dengan Firmino. Apalagi, Jota masih berusia 23 tahun dan punya tubuh yang lebih kecil namun kuat hingga bisa menipu pemain lawan dengan gerakannya yang lebih gesit.
Setelah lama bertumpu pada trio Firmino, Mane, Salah, kini Liverpool bisa berharap pada pemain yang menawarkan solusi baru jangka panjang bernama Diogo Jota. Tak melulu hanya pada pemain yang muncul sesekali lalu kembali inkonsisten dan lebih mengandalkan keberuntungan layaknya yang terjadi di musim – musim sebelumnya.
Potensi Diogo Jota ini nampaknya sangat teramat nyata.