Menghadapi Real Madrid di kandang mereka bukanlah tugas yang disenangi oleh banyak lawan. Namun, Barcelona muncul sebagai pengecualian setelah kembali meluluh lantakkan Madrid dengan skor telak 0-3. Hasil ini membawa Barcelona berhasil melaju ke babak final Copa del Rey sebanyak 6 kali secara beruntun. Kebiasaan Barcelona dalam menggusur Madrid dalam ajang ini kembali berlanjut dan bisa jadi mengakibatkan El Real untuk berpuasa gelar pada musim ini.
Meski bermain lebih dominan semenjak menit awal, Madrid gagal mencetak gol akibat kurang tenangnya penyelesaian dari beberapa pemain seperti Vinicius Jr, serta Benzema. Bahkan Ter Stegen melakukan satu penyelamatan super kala menghalau sundulan Sergio Reguilón. Serangan Madrid yang tak efektif mengakibatkan skor kacamata bertahan hingga turun minum. Dan meski tetap dominan di babak kedua, gol dari Luis Suarez yang diikuti oleh gol bunuh diri Varane seakan memupus mimpi Madrid untuk melaju ke babak final. Casemiro yang cukup frustasi pada akhirnya melengkapi kesengsaraan Madrid dengan menginjak kaki Suarez di kotak terlarang. Penalti panenka Suarez lengkap sudah menghancurkan Madrid dini hari tadi.
Ousmane Dembele yang kembali bermain gemilang seakan menjawab harapan para pendukung Barcelona agar tim mereka tak terlalu bergantung pada sosok Lionel Messi. Selain Dembele, Suarez juga kembali menunjukkan ketajamannya dengan mencetak 2 gol yang membawa raihan rekornya di laga El Clasico menjadi 11 gol dalam 13 pertandingan.
Dari sisi Madrid, Solari mengaku kecewa akan performa anak asuhnya di hadapan publik sendiri. “Kami sedih karena kami berharap bahwa kami mampu menembus babak final. Kami kalah dengan kepala tegak. Mereka sangat efektif di depan gawang, sedangkan kami kekurangan efektifitas tersebut meski menguasai jalannya pertandingan,” ketus Solari.
Pertandingan ini bisa menjadi pelajaran bagi para pendukung Barcelona dan Madrid. Bahwa pada akhirnya, kemenangan yang berhasil diraih saat berhadapan dengan tim rival jelas jauh lebih penting daripada menunjukkan permainan indah dan pulang dengan kepala tertunduk.
Pada akhirnya, sebagai pendukung kebanyakan dari kita hanya menyanyi saat tim yang kita dukung pulang dengan meraih 3 angka atau melaju ke babak berikutnya.