Manchester City baru saja menjalankan laga panas melawan Liverpool dalam laga pekan kedelapan Premier League di Etihad Stadium, Minggu (8/11/2020). Hasil akhir 1-1 buat kedua tim tentunya adalah hasil yang bukan diharapkan. Dalam laga tersebut Manchester City terlihat kerepotan menghadapi The Reds yang datang dengan mengandalkan empat penyerang di lini depan.
Dalam bursa transfer musim panas lalu, Liverpool mendatangkan Diogo Jota dari Wolverhampton. Banyak yang meyakini pemain Portugal itu direkrut agar Jurgen Klopp bisa melakukan rotasi untuk trio lini depannya, Roberto Firmino, Sadio Mane, dan Mohamed Salah.
Jota berhasil memberikan performa yang jauh melampaui harapan. Publik beranggapan Jota lebih baik dari Firmino, terutama dari segi produktivitas. Namun, Jurgen Klopp tetap menganggap Firmino sebagai pemain kunci yang dimilikinya.
Klopp pun merombak formasi Liverpool demi bisa mengakomodasi keinginannya itu. Manajer asal Jerman itu mengurangi jumlah gelandang agar bisa memainkan empat penyerang sekaligus sejak menit awal dalam formasi 4-2-3-1. Namun, hasilnya tidak sesuai dengan yang sudah dibayangkan.
Menggunakan empat penyerang tersebut sekaligus tentu akan meningkatkan produktivitas Liverpool dalam mencetak gol. Namun, yang terjadi sebaliknya, mereka hanya bisa mencetak satu gol kala melawan Manchester City.
Kendati demikian, ada satu kabar positif dari perubahan ini. Josep Guardiola selaku manajer Manchester City mengakui timnya kerepotan untuk membendung permainan keempat bomber The Reds.
“Tidak mudah untuk bertahan melawan Liverpool, normalnya mereka memiliki tiga pemain di lini depan dan sekarang menjadi empat,” ujar Guardiola kepada Sky Sports usai pertandingan.
“Mereka berlari di belakang lini bertahan dan Anda tidak bisa tetap berada di sana, dan mereka bermain di antara para pemain,” lanjutnya.
Beruntung, Guardiola masih punya akal untuk membendung keempat penyerang Liverpool tersebut. Seandainya Kevin de Bruyne bisa mengeksekusi penalti dengan baik, mungkin The Citizens punya peluang besar untuk meraih kemenangan.
“Tidak mudah untuk menghadapi Liverpool, tapi kami bisa sedikit menyesuaikan diri dan punya keberanian yang lebih besar untuk tetap menerapkan garis pertahanan tinggi,” ujar mantan pelatih Barcelona tersebut.
“Kami menciptakan gol yang bagus dan sayangnya gagal memanfaatkan penalti. Dalam pertandingan menghadapi lawan seperti Liverpool, jika Anda gagal mengeksekusi penalti, rasanya akan makin sulit,” pungkasnya.
Sekarang Guardiola punya waktu lebih untuk menyusun alternatif strategi yang matang untuk menghadapi tim-tim seperti Liverpool. Sebab pertandingan berikutnya baru akan digelar pada 22 November mendatang dengan Tottenham sebagai lawan.