Ternyata rumus Ole yang saya tulis pekan lalu gagal terealisasi.
Dan lucunya, setelah kekalahan terbesar dari rival abadi mereka di era Liga Primer Ole Gunnar Solksjaer masih merasa pantas menjadi pelatih yang akan membawa Manchester United naik ke level berikutnya. Bermodalkan para pemain yang sudah cukup solid ditambah kedatangan kedua Cristiano Ronaldo, United disebut sebagai calon juara di awal musim. Lucunya, kini mereka berbagi poin yang sama dengan Arsenal meski tim asal London Utara ini disebut sebagai calon tim yang berjuang di papan bawah pada awal musim. Sungguh cepat roda berputar dalam hidup ini.
Mo Salah menjadi pemain pertama yang mencetak hattrick di Old Trafford di era Liga Primer dan menasbihkan dirinya sebagai pemain terbaik di Inggris, bahkan mungkin dunia pada saat ini. Bersama dengan Nabi Keita yang tampil sangat luar biasa sebelum keluar lapangan karena cidera yang diakibatkan oleh tekel brutal Paul Pogba, mereka berdua menjadi aktor utama dibalik kandasnya United secara mengenaskan. Salah juga jadi pemain pertama setelah Ronaldo Nazario (di ajang Liga Champions pada tahun 2003 silam) yang berhasil mencetak trigol ke gawang United di kandang mereka sendiri.
Ole tak punya jawaban selama ini untuk permasalahan United. Lini tengah dan depan yang selalu canggung saat beradu pressing membuat lini belakang United begitu mudah ditembus. Hal ini juga diperparah dengan semakin panasnya kondisi di ruang ganti yang pastinya tak kondusif. Apalagi kita bisa melihat bagaimana reaksi Pogba setelah dikartu merah. Tampang lega lebih terpancar dari wajahnya alih-alih ekspresi kecewa yang ditunjukkan. Pemain seperti Ronaldo, Bruno, dan De Gea juga pastinya akan merasakan kemarahan yang memuncak. Penampilan United semalam sungguh menjadi salah satu pertunjukkan terburuk yang pernah mereka sajikan di era modern. Bahkan kamera sempat menangkap ekspresi kemarahan Sir Alex Ferguson dari bangku penonton.
Hal-hal di atas sudah cukup menggambarkan betapa buruknya situasi di Manchester United saat ini. Jika mau lebih buruk, setelah ini United masih harus berhadapan dengan Spurs, Atalanta, dan Manchester City dalam waktu dekat. Dengan kondisi yang kian sulit, nampaknya wajar jika para petinggi klub memutuskan untuk segera melakukan pembaharuan sebelumnya segalanya menjadi lebih buruk. Ole memang sudah melakukan yang terbaik dari apa yang mungkin Ia lakukan. Sebagai sosok legenda dan mantan pemain Ole berhasil mempersatukan kembali harmonisasi di tubuh tim. Ia juga berhasil mengasah beberapa pemain muda potensial United seperti Greenwood dan McTominay. Sayangnya, United kini butuh sosok yang akan membawa mereka kembali ke jalur kemenangan secara konsisten hingga mampu bersaing memperebutkan gelar. Di laga final Europa League musim lalu, Ole jelas belum siap untuk tugas tersebut.
Pantasnya Ole tahu diri. Situasi sudah semakin memanas dan jika tak cepat, kondisi ruang ganti dan kepercayaan diri para pemain akan semakin memburuk. Jika tak tahu kapan harus berhenti, keberadaan Ole nampaknya hanya akan menjadi hal yang baik bagi para pendukung tim lain di luar sana.
Delusional lama-lama Ole ini.