Arteta menunjukkan kepribadian yang tegas pada laga North London Derby kemarin. Aubameyang selaku kapten sekaligus pemain andalan Arsenal dipinggirkan ke bangku cadangan karena masalah indisipliner. Diberitakan bahwa Auba telat menghadiri pertemuan sebelum laga, sempat mangkir dari test COVID-19 saat laga Eropa, serta melanggar aturan lockdown dengan membuat tato beberapa saat lalu.
Hal ini sempat menuai kritik dari beberapa penggemar Arsenal. Arteta dianggap lalai dan kurang berpengalaman karena mengumbar masalah tersebut tepat sebelum pertandingan penting menghadapi Spurs. Namun, nyatanya hal tersebut ternyata berbuah manis. Arsenal berhasil melakukan comeback setelah tampil cukup dominan dan mengakhiri laga dengan 3 angka di tangan. Arteta berhasil menutup mulut Jose Mourinho yang juga mencibir Arsenal sebelum laga.
Pemilihan tim yang cukup berani dilakukan Arteta dan berbuah manis. Pemain-pemain di lapangan pun seakan menjawab kepercayaan Arteta. Tanpa Aubameyang, Arsenal mampu tampil lepas dan cukup membahayakan terutama dari sisi kiri lapangan. Smith Rowe yang mengisi pos sayap kiri di temani Tierney mampu menjadi momok yang membuat Spurs kalang kabut. Meski sempat tertinggal melalui gol cantik Lamela, Arsenal mampu terus fokus hingga menit akhir pertandingan.
Meski hanya menghadapi 10 pemain semenjak Lamela diberikan akumulasi kartu, Arsenal sebenarnya malah tampil tertekan. Puncaknya adalah tendangan bebas Kane yang menghantam mistar gawang sebelum akhirnya disapu oleh halauan muka Gabriel di depan gawang yang sudah kosong. Arsenal yang biasanya kelabakan di situasi serupa malah tetap tenang hingga peluit panjang ditiupkan.
Arteta juga dengan tanggap melakukan pergantian pemain yang tepat di tiap titik krusial pertandingan. Instruksinya pun terlihat jelas dan semangatnya seakan tersalurkan pada para pemain. Seperti yang Arteta sempat ungkapkan, musuh terbesar Arsenal musim ini adalah diri mereka sendiri.
Ketegasan Arteta berbuah manis melalui kemenangan ini. Namun, pastinya Auba yang menjadi katalis kericuhan di awal laga akan merasakan perasaan yang campur aduk. Di satu sisi Ia bangga akan kemenangan yang diraih teman-temannya, di sisi lain pasti ada perasaan malu serta kesal yang berkecamuk. Semoga saja, ketegasan Arteta ini menjadi awal dari karakter kuat gaya melatihnya yang tak sungkan memandang status pemain di dalam klub. Aubameyang sendiri harus berkaca dan menjadikan hukuman ini sebagai pelecut semangat di hari ke depan.
Karena bagaimanapun tak boleh ada pemain yang lebih besar dari klub itu sendiri.