Bermain untuk tim yang tak diunggulkan, sudah berusia 38 tahun, dan harus menghadapi Juventus beserta mantan rekan setimnya Cristiano Ronaldo. Pepe nyatanya berhasil mencatatkan 18 clearances, 100 persen menang duel, dan 12 headed clearances. Selain itu, Pepe juga mencatatkan 9 kali ball recoveries, dua blok, dan 2 tekel sukses selama 120 menit.
Secara luar biasa Porto berhasil menyingkirkan Juventus dari babak 16 besar Liga Champions musim 2020/2021. Hasil ini juga membuat Ronaldo gagal tembus melewati babak 16 besar untuk kali kedua dalam 2 musim terakhirnya bersama Juventus. Jika Barcelona gagal comeback menghadapi Paris Saint Germain, ini akan jadi kali pertama dalam 15 tahun babak 8 besar Liga Champions tak dihadiri dua manusia super Cristiano Ronaldo dan juga Lionel Messi.
Kekalahan ini sekali lagi jadi bukti bagaimana mereka yang mengagungkan Ronaldo untuk sesegera mungkin membawa trofi si kuping besar ke Turin harus sadar betapa beratnya tugas tersebut. Keberhasilan di Manchester Unites serta Real Madrid memang sudah jadi pencapaian luar biasa, namun perkembangan jaman, perubahan di tubuh tim, serta banyak faktor lainnya tentu turut andil akan keberhasilan tim tersebut. Tentu ini jadi bukti bahwa bukan murni kesalahan Ronaldo atas kegagalan Juventus musim ini di ajang domestik serta Eropa.
Pembahasan ini ingin sedikit saya belokan ke arah bagaimana media menggunakan kasus serupa namun dengan cara yang berbeda untuk menjatuhkan supremasi seorang Lionel Messi. Kegagalan Barcelona di ajang Eropa dalam beberapa musim belakangan seakan jadi dosa besar seorang Messi. Padahal, tentu kita tahu bagaimana bobroknya sistem hingga mulai jatuhnya performa pemain senior lainnya di dalam tim Barcelona. Messi dan Ronaldo sama-sama sudah memberikan yang terbaik. Namun memang tak bisa kita pungkiri akan lebih mudah untuk menunjuk kambing hitam dalam tiap kekalahan guna mencari pembenaran. Dan dua pemain ini pastinya menjadi wajah dari klub yang mereka bela apapun hasil yang didapat.
Menjadi pemain terbaik dunia tentu menjadi pencapaian yang punya sisi buruk. Tak perlulah menjadi pemain terbaik dunia, jadi pemain terbaik di klub masing-masing saja sudah jadi beban tersendiri. Tanya saja Bukayo Saka yang mau tak mau kini harus dibebani ekspektasi gila pendukung Arsenal tiap pekannya.
Ronaldo dan Messi seringkali mendapat perlakuan kurang adil akibat kekalahan seperti yang Juventus alami dini hari tadi (WIB). Sayangnya, itulah sisi buruk yang harus diemban oleh mereka yang mengincar puncak. Haaland dan Mbappe harus tahu benar bagaimana beban sebagai calon dari yang terbaik akan sangat mempengaruhi gelagat media pada tiap berita yang melibatkan nama sang pemain.
Tidak mudah bukan jadi pemain terbaik di dunia?