Pertandingan Kualifikasi Piala Asia U-23 2024 antara Kirgistan dan Korea Selatan bisa menjadi bahan pelajaran yang bagus bagi Timnas Indonesia U-24 jelang laga Asian Games 2022 (2023).
Kini skuad Garuda Muda tengah dilanda krisis striker. Timnas U-24 hanya membawa satu penyerang murni yaitu Titan Agung. Ramadhan Sananta yang masuk daftar panggil tidak dilepas Persis Solo yang juga sedang membutuhkan juru gedor di Liga 1.
Praktis tanggung jawab mencetak gol tidak hanya jadi tugas utama striker semata. Pemain lini kedua maupun sektor belakang diharapkan turut menyumbangkan gol sebanyak mungkin demi merebut kemenangan.
Sebab berkaca dari statistik, ketajaman Titan Agung belum terbukti di Liga 1 dengan torehan dua penampilan tanpa satupun gol musim ini. Karena itu pelatih Timnas Indonesia U-24 Indra Sjafri perlu membuat skema yang memungkinkan pemain selain striker untuk menyumbang angka.
Anak asuh Indra Sjafri akan menghadapi Kirgistan pada penampilan pertama di Asian Games 2022. Kirgistan bukan unggulan, tetapi deretan sepak terjang negara Asia Tengah tersebut dalam beberapa pertandingan terakhir cukup mengesankan.
Salah satu pertandingan yang mencuri perhatian adalah ketika skuad arahan Maxim Lisitsyn ini hanya kalah 0-1 saat melawan Korea Selatan pada Piala Asia U-23 2024.
Mengacu pada pertandingan melawan Korea, Kirgistan menempatkan formasi 5-4-1. Sebelumnya Lisitsyn memainkan formasi 4-3-3 ketika bermain imbang 1-1 melawan Myanmar yang tidak terlalu kuat di kawasan Asia Tenggara.
Dalam laga melawan Korea, pemain Kirgistan tak lagi memungut bola dari gawangnya setelah dibobol Hong Yun Sang pada menit ketiga.
Lantas apa yang membuat Korea kesulitan menjaringkan bola ke gawang Kirgistan?
Skuad junior Taegeuk Warriors sebenarnya bisa beberapa kali menembus kotak penalti pasukan Elang Putih, namun penyelesaian akhir jadi masalah.
Beberapa finishing mengarah di sisi gawang, sementara yang lainnya mentah di tangan kiper atau kena blok pemain Kirgistan.
Sepakan Yun Sang yang membuat bola bersarang di gawang Kirgistan juga patut mendapat apresiasi karena terjadi pada menit-menit awal laga ketika biasanya ada beberapa pemain yang belum ‘panas’.
Selain soal penyerangan, Timnas Indonesia juga bisa memetik pelajaran dari serangan Kirgistan. Tak banyak aksi ofensif yang dilakukan Kirgistan, namun sekalinya ada peluang untuk melakukan serangan maka tak segan-segan pemain bekerja keras mengejar bola dan berupaya membobol gawang lawan.
Kirgistan terlihat lebih banyak menyerang pada babak kedua. Hal ini mengindikasikan Kirgistan memiliki pembacaan permainan lawan yang baik dan dilengkapi kekuatan fisik.
Sumber foto : detik.com