Tampil gemilang saat fase grup dan berhasil lolos ke fase knockout dengan status juara grup mempertemukan timnas Indonesia U-23 berhadapan dengan UEA di Stadion Wibawa Mukti, Cikarang, Jumat (24/8/2018) sore WIB. Laga nanti akan mencetak sejarah tersendiri untuk kedua tim.
Indonesia meraih tiket ke babak 16 besar Asian Games 2018 berkat status juara Grup A. Adapun UEA melaju ke fase knock-out dengan predikat peringkat ketiga terbaik Grup C.
Laga nanti bakal menjadi pertemuan pertama untuk kedua tim dalam pertandingan resmi. Hal ini terasa menarik karena kedua tim sama-sama buta akan kekuatan dan kelemahan masing-masing.
Adapun untuk level senior, Timnas Indonesia sudah pernah bertemu UEA di pentas Piala Asia 1996. Ketika itu, Timnas Garuda harus menelan kekalahan 0-2 dari UEA yang meraih kemenangan berkat gol Hassan Saeed (15′) dan Adnan Khamees Al-Talyani (64′).
Tentu saja hal itu bukan tolok ukur buat Timnas Indonesia U-23. Apalagi pasukan Luis Milla sudah tampil memukau sepanjang penyisihan grup dengan melesakkan 11 gol dan baru kemasukan tiga gol.
Namun, Luis Milla juga tak boleh melupakan catatan minor yang dimilikinya bersama Timnas U-23 ketika menghadapi tim asal Timur Tengah. Pelatih asal Spanyol itu belum pernah mampu membawa Hansamu Yama dkk menang atas tim asal Jazirah Arab.
Timnas Indonesia U-23 di bawah asuhan Luis Milla menelan tiga kekalahan lawan tim asal Timur Tengah. Rinciannya adalah takluk 0-1 dari Suriah (Pertandingan Persahabatan), menyerah 0-1 dari Bahrain (PSSI Anniversary Cup 2018), dan terakhir kalah 1-2 dari Palestina (Asian Games 2018).
Timnas Indonesia U-23 sepanjang Asian Games 2018 dikenal sebagai tim yang selalu frustrasi pada 45 menit pertama dalam pertandingan. Secara kualitas, memang banyak peluang yang hadir pada babak pertama, namun kebanyakan gagal berbuah gol.
Sebanyak 11 gol yang dicetak Timnas Indonesia U-23 sepanjang babak penyisihan, hanya dua yang terjadi di babak pertama. Adapun sembilan sisanya terjadi pada 45 menit babak kedua.
Adapun tim asal Timur Tengah dikenal sebagai tim yang memiliki semangat juang tinggi dan akan menekan sepanjang laga. Sebab, mereka memiliki pemain-pemain dengan kemampuan fisik tangguh.
Berkaca pada tiga laga UEA di penyisihan grup, empat dari lima gol yang mereka cetak terjadi pada babak pertama. Hal ini menjadi bukti kalau UEA selalu menekan lawan sejak awal, mencetak gol, dan bertahan kemudian.
Sementara itu, Timnas Indonesia U-23 dikenal sering kehilangan konsentrasi ketika keasyikan menyerang pada babak pertama. Hal itu dibuktikan yakni sebanyak dua dari tiga gol yang merobek jala Tim Merah-Putih terjadi pada babak pertama.
Sebaliknya, UEA juga memiliki pertahanan buruk menjelang akhir-akhir laga. Situasi tersebut diyakini karena menurunnya kualitas fisik pemain. Sebab, terbukti dari tiga gol yang bersarang ke gawang UEA dua di antaranya terjadi pada 20 menit terakhir pertandingan.
Berkaca pada analisis di atas, pelatih Luis Milla tentu harus bermain menyerang sejak awal dan kembali mengandalkan pemain-pemain sayap. Dengan mengajak para pemain UEA berlari, Tim Garuda Muda punya peluang untuk membuat lawan kelelahan yang membuat lini pertahanan mereka terbuka.