Bos Mercedes Toto Wolff mengungkapkan bahwa dirinya merasa rendah hati setelah menyamai rekor Ferrari dalam memenangkan lima kejuaraan dunia berturut-turut di Formula 1. Mercedes hanya menjadi tim kedua dalam sejarah setelah Ferrari yang memenangkan lima gelar pembalap dan konstruktor, pada 2018.
Wolff mengatakan pencapaian itu adalah sesuatu yang sangat ia banggakan, ketika ia mendapat panggilan telepon ucapan selamat dari presiden FIA Jean Todt, yang merupakan dalang di balik kesuksesan Ferrari dengan Michael Schumacher pada tahun 2000-an.
“Dia menelepon dan berkata ‘selamat bergabung dengan klub lima. Saya merasa sangat terhormat berada di klub dengan lima kejuaraan bersama Anda, dan saya pikir saya yang merasa sangat terhormat,” kata Wolff.
“Jadi itu adalah hal yang sulit dipercaya dia berkata. Tetapi kemudian dia menelpin saya kembali dan berkata, ‘Sebenarnya saya telah diberitahu bahwa kami menang enam kali berturut-turut.’” tambah Wolff.
Selain gelar Ferrari berlipat ganda dari tahun 2000 ke 2004 bersama Schumacher, Ferrari juga meraih kejuaraan konstruktor pada tahun 1999 di tahun ketika Mika Hakkinen memenangkan gelar pembalap.
Di tangan Michael Schumacher Ferrari meraih banyak gelar. (Sumber:www.nypost.com)
Namun, Wolff mengatakan bahwa mencapai penghitungan untuk menyamai Ferrari benar-benar terasa luar biasa melalui Mercedes.
“Kami sangat lega dengan gelar ganda kelima tahun ini karena menempatkan kami setara dengan Ferrari, era Todt / Schumacher yang hebat,” kata Wolff.
“Dan itulah yang bisa saya ingat sebagai anak, tidak bisa dipercaya! Jadi setelah mencocokkan itu terasa sangat rendah hari dan saya merasa bersyukur karenanya.” tambah pria asal Austria itu.
Kesuksesan Mercedes di tahun 2018 datang setelah pertarungan kejuaraan yang menyebabkan meningkatnya ketegangan dengan Ferrari di F1.
Ada kontroversi mengenai sistem baterai ganda yang dijalankan Ferrari, dan tahap-tahap akhir seri menampilkan sejumlah balapan di mana Mercedes memilih untuk tidak menjalankan desain spacer roda karena takut mendapat protes dari rival mereka.
“Saya rasa sangat sulit untuk mempertahankan sikap pria yang sangat ramah selama musim ketika masing-masing kelompok terobsesi untuk menang,” kata Wolff.
“Kita dapat melihat bahwa semuanya kembali normal sekarang, karena [F1] adalah platform bersama kita dan kita perlu membuatnya berfungsi. Kita perlu memiliki hubungan untuk membahas berbagai hal dan itulah mengapa saya pikir itu benar-benar normal bahwa ada saat-saat ketika lebih sulit dan ada saat-saat itu mudah.” tambah Wolff.