Tahun ini Italia akan menjalani salah satu turnamen terberat mereka dalam beberapa dekade terakhir. Antonio Conte terancam mengakhiri masa baktinya bersama tim nasional Italia dengan catatan negatif. Tergabung di salah satu grup neraka bersama Belgia, Swedia, dan Republik Irlandia, Italia dihadapkan pada tekanan yang tidak sembarangan.
Sialnya, Conte tidak diberkahi pemain-pemain terbaik Italia untuk pagelaran Piala Eropa tahun ini. Marco Verratti dan Claudio Marchisio harus absen membela Italia karena mengalami cedera. Belum lagi kali ini mereka tidak diperkuat oleh salah satu mestro sepakbola terbaik mereka Andrea Pirlo. Pirlo dianggap sudah melewati masa keemasannya dan Conte lebih mempercayakan generasi penerusnya yaitu Verratti untuk menempati posisinya sebagai regista tim Italia. Sayang nasib belum memperbolehkan hal tersebut terealisasi.
Belum selesai sampai disitu, Conte juga kekurangan pemain menyerang berkualitas yang selama ini terus dimiliki oleh Italia. Setelah masa keemasan Filippo Inzaghi, Christian Vierri, dan Luca Toni, praktis sejauh ini hanya Mario Balotelli satu-satunya pemain yang digadang akan memikul beban sebagai penyerang nomor satu Italia. Namun nasib berkehendak sebaliknya. Balotelli gagal mengulang performa impresifnya saat membela Manchester City dan Italia di Euri 2012 lalu. Bersama AC Milan dan Liverpool, Balotelli gagal menunjukkan performa terbaiknya dan malah lebih sering menjadi bahan cemoohan para suporter. Conte kini harus mampu mengandalkan Graziano Pelle sebagai penyerang utama mereka. Padahal Pelle juga bermain tidak konsisten bersama Southampton dan beberapa kali tidak menjadi pilihan utama Ronald Koeman musim lalu.
Rasanya sulit bagi Conte untuk membebani El Shaarawy yang baru kembali nyetel bersama AS Roma, Lorenzo Insigne yang harus membuktikan permainannya setelah baru kembali dipanggil masuk ke timnas, Ciro Immobile yang kehilangan ketajamannya setelah sempat menjadi topskor Serie A pada 3 musim lalu, Simeone Zaza yang hanya penghangat bangku cadangan Juventus, ataupun Eder yang masih dipertanyakan kepantasan dan keberadaannya di tim nasional saat ini.
Conte yang gemar melakukan perubahan taktik sesuai dengan cara lawan bermain terus melakukan rotasi formasi guna memanfaatkan kelemahan masing-masing lawan mereka nanti. Fleksibilitasnya dalam mengatur formasi terlihat dari kebiasaannya menggunakan pola 3-5-2 kala menukangi Juventus hingga formasi 4-3-3 atau 4-2-3-1 kala menukangi tim nasional Italia.
Beruntung Conte memiliki barisan pertahanan yang terbilang solid dalam diri Gianluigi Buffon, Andrea Barzagli, Giorgio Chiellini, dan Leonardo Bonucci. Mereka yang sama-sama membela Juventus jelas tidak akan kesulitan mengatur pertahanan mereka dari gempuran lawan di Piala Eropa nanti. Matteo Darmian dan salah satu kunci rahasia mereka Alessandro Florenzi, yang dijuluki tuttocampista (pemain yang mampu bermain hampir di segala posisi, pemain yang paling komplit)juga akan sangat membantu pertahanan dan penyerangan Italia dari kedua belah sayap lapangan dengan pergerakan mereka yang cepat dan tajam. Bersama dengan pengalaman yang dimiliki oleh defensive mildfielder mereka Danielle De Rossi dan Thiago Motta, Italia boleh berharap pertahanan mereka akan menjadi pembeda dalam pertandingan yang aka mereka jalani.
Melihat fakta di atas, Italia tidak bisa dibilang berada dalam performa terbaik mereka untuk berbicara banyak pada Piala Eropa kali ini. Nasib mereka jelas tidak bisa digantungkan hanya pada pola bertahan yang rapi.
Saat tidak ada individual yang begitu menonjol dalam tubuh tim nasional Italia saat ini, keberhasilan Italia untuk melaju jauh dalam Piala Eropa tahun ini akan sangat ditentukan oleh determinasi dan kolektivitas dari keseluruhan pemain dalam menjalani tiap pertandingannya.
Conte jelas harus mampu meracik strategi terbaiknya untuk Italia sebelum mengepak barang dan menukangi Chelsea pada awal musim depan nanti.