Sebagai penonton netral, laga semifinal Liga Champions leg pertama antara Paris Saint Germain (PSG) dan Manchester City adalah sebuah tontonan yang memanjakan. Pertandingan berjalan cukup alot namun tak pernah membosankan hingga akhir laga dini hari tadi (WIB).
Sempat terus ditekan dan tertinggal 1-0 hasil sundulan Marquinhos dibabak pertama, Manchester City berhasil tampil jauh lebih baik di babak kedua. Anak asuh Pep Guardiola terlihat lebih menikmati pertandingan serta momen yang jarang mereka rasakan ini. Meski bergelimang prestasi di kancah domestik, semifinal kali ini hanyalah semifinal kedua bagi City di turnamen tertinggi antar Eropa. Jika di kesempatan sebelumnya City gagal maju ke laga final, kali ini mereka berhasil menempatkan diri di posisi terbaik untuk satu posisi di laga puncak nanti. City berhasil mengejar ketertinggalan dan mencetak 2 gol tandang yang sangat berharga. Selain itu, Idrissa Gueye pun dihadiahi kartu merah langsung dan tak bisa tampil di laga berikutnya karena tekel berbahaya pada Gundogan di paruh akhir laga.
PSG sendiri sebenarnya masih bisa membalikkan keadaan. Kita tahu bagaimana musim ini PSG lebih berbahaya saat bermain di luar kandang. Barcelona dan Bayern Muenchen sudah menjadi korban keganasan PSG di kandang mereka masing-masing. Keylor Navas yang disorot karena dianggap lalai dalam terciptanya 2 gol City pun lebih sering tampil heroik kala bermain di kandang lawan. Meski demikian, sedikit pembelaan bagi PSG sendiri, mereka sebenarnya tak bermain buruk di babak kedua. Sebagai orang yang juga bermain sepakbola di dunia nyata, gol De Bruyne serta tendangan bebas Mahrez memang cukup sulit untuk diantisipasi penjaga gawang manapun. Meski bukannya tak terhindarkan, tensi pertandingan serta situasi di lapangan tentu wajar sekali membuat Navas tak mampu bereaksi sebagaimana seharusnya.
Meski unggul dengan modal 2 gol tandang, City tentu tahu bagaimana harus bereaksi pada leg kedua nanti. Apa yang mereka pertaruhkan untuk laga final pertama di ajang Liga Champions ini terlalu sayang untuk dilewatkan. Tentu Pep dan anak asuhnya tahu bagaimana proses jatuh bangun yang mereka lewati hingga mencapai tahap dimana mereka berdiri saat ini.
Bagi PSG, laga final musim lalu tentu masih meninggalkan luka yang cukup mendalam. Dan obat untuk segala kekecewaan tersebut hanya bisa ditebus dengan raihan trofi si kuping besar musim ini.
Kedua tim tahu bagaimana melelahkannya jalan mereka menuju puncak kejayaan di ajang Liga Champions. Kini kita tinggal menyaksikan seberapa keras usaha kedua tim untuk mengubah mimpi mereka menjadi nyata.