UEFA telah membuka proses disipliner terhadap Celtic setelah adanya gangguan keributan para pendukung dan menghidupkan kembang api di pertemuan mereka dengan Manchester City dalam babak penyisihan Grup C Liga Champions pada Rabu (11/12) dini hari. Keributan pecah antara pendukung di Stadion Etihad jelang 20 menit tersisa dari pertandingan Liga Champions Grup C, yang berakhir dengan skor imbang 1-1 bagi kedua tim.
UEFA berkeyakinan tindakan para pendukung Celtic tersebut telah mengganggu jalannya pertandingan. Rencananya, kasus ini sendiri akan ditangani oleh bagian Control UEFA, Etika dan Badan Disiplin pada 23 Februari tahun depan.
Akun resmi Twitter Greater Manchester Police (GMP) telah memberikan rincian tentang insiden tersebut. (GMP) membenarkan ada 14 penangkapan yang dilakukan sepanjang hari Selasa lalu namun mereka mengatakan sebagian besar para pendukung berperilaku baik. Di tempat lain, GMP juga menegaskan bahwa pendukung Celtic ada yang ditahan karena melemparkan hamburger ke arah kuda milik polisi dan juga akibat mabuk dan membuat kekacauan.
Sebelumnya, menurut media Manchester Evening News, komuter trem yang tersisa takut untuk membawa pendukung Celtic menuju stadion sebelum pertandingan dimulai dimana saat itu para pendukung Celtic terlihat banyak yang mabuk dan membawa kembang api.
Pemain Manchester City, Kelechi Iheanacho, merayakan golnya usai menjebol gawang Celtic dalam pertandingan babak penyisihan Grup C Liga Champions. (Sumber:www.mirror.co.uk)
Bukan sekali ini saja Celtic mendapat sorotan dari UEFA. Sebelumnya, Celtic pernah dijatuhi hukuman berupa denda sebesar 16.000 poundterling akibat mengibarkan bendera Palestina dua tahun lalu di saat Celtic bertemu klub KR Reykjavik.
Selanjutnya, UEFA masih menjatuhkan denda sebesar 10.000 euro terhadap Celtic akibat kasus yang sama, dimana para pendukung Celtic mengibarkan bendera Palestina saat melawan klub asal Israel Hapoel Be’er Sheva dalam pertandingan play off Liga Champions bulan Agustus lalu.
Sesuai peraturan UEFA, penggunaan kalimat atau objek yang berbau politik, agama, dan ideologi sangat dilarang dalam setiap even atau kompetisi sepak bola yang sedang berlangsung.