Arsenal kedodoran. Meski bermain baik di babak pertama dan cukup membuat tegang barisan pertahanan Manchester City di babak kedua, kesalahan-kesalahan sendiri serta kurang tenangnya para pemain saat masuk ke dalam kotak penalti City harus dibayar mahal dalam laga dini hari tadi (WIB). Telah menduduki puncak klasemen semenjak November 2022, Arsenal harus rela dilangkahi Manchester City dan terkudeta dari puncak klasemen. Meski meraih poin yang sama, Arsenal kalah selisih gol dari City saat ini.
Kabar baiknya, Arsenal masih menyisakan 1 laga sisa dan sebenarnya bermain cukup baik hingga mampu meredam penguasaan bola serta aliran bola City. Selama melatih City, Pep Guardiola akhirnya mencatatkan penguasaan bola terendah dalam sebuah laga di angka 36% , ketepatan akurasi operan yang hanya 72%, serta operan berhasil di angka 219 kali. Meski gagal meraih poin, Arteta dan Arsenal membuktikan bahwa mereka hanya butuh lebih banyak ketenangan dan sedikit kedewasaan untuk mendobrak tembok yang memisahkan mereka dari tim selevel City. Jorginho yang baru datang menggantikan Partey karena cedera juga menjadi catatan manis tersendiri. Pemain Italia ini bermain sangat tenang dan nyaman mendistribusi bola di lini tengah. Hal ini sedikit banyak menenangkan para pendukung Arsenal saat harus ditinggal pemain bernomor punggung 5 asal Ghana tersebut.
Kembali pada catatan kurang baik di laga ini bagi Arsenal, tidak klinisnya Eddie Nketiah, kesalahan operan Tomiyasu dan Gabriel, ketidaktenangan Granit Xhaka dan Bukayo Saka saat mendapatkan peluang, semua menjadi faktor yang memisahkan kedua tim. Meski kredit tentu harus dilayangkan pada Saka yang mencetak satu-satunya gol Arsenal dengan mempermalukan Ederson dari titik putih.
Kini Arsenal akan menjalani 7 laga ke depan menghadapi tim yang notabene di atas kertas seharusnya bisa mereka lewati. Namun perlu dicatat bahwa bulan Februari belum dilalui dengan hasil positif sejauh ini. Hasil minor dalam 4 laga terakhir nampak mempengaruhi mental pemain Arsenal hingga menyebabkan adanya sedikit rasa tak percaya diri yang memecah konsentrasi serta koordinasi mereka baik saat menyerang maupun kala bertahan.
Peluang masih sangat terbuka dengan 16 laga sisa dan 1 laga yang belum dijalani pasukan Mikel Arteta. Rekor di Emirates memang kini ternoda, namun jika bisa memetik hal baik dan belajar dari kesalahan, harusnya ini akan menjadi titik balik yang baik bagi tim muda asal London Utara ini untuk memainkan sedikit taktik yang berbeda dan mempertunjukkan mental kuat mereka sebagai salah satu tim terbaik di Eropa musim ini.
Perjalanan masih panjang. Nyawa Arsenal masih berada di tangan mereka sendiri.