Liverpool tanpa disangka harus bertekuk lutut di hadapan Southampton dalam lanjutan laga pekan ke-17 Liga Primer Inggris. Gol semata wayang Danny Ings menjadi momok bagi Liverpool yang memang secara keseluruhan tampil buruk sepanjang laga.
Trent Alexander-Arnold bermain begitu buruk, para penyerang Liverpool mandul dan baru bisa mencetak shoot on target pertama mereka di 15 menit terakhir. Kembalinya Thiago dan dimainkannya Henderson sebagai bek tengah memang jadi angin segar yang diharapkan mampu memutus rantai 2 laga tanpa kemenangan bagi Liverpool. Sayang, rencana Klopp gagal total.
Hasil ini membawa Liverpool berpeluang disalip rival abadi mereka Manchester United. United dan Liverpool bahkan akan segera bertemu dalam laga panas di Anfield 17 Januari mendatang. Jika United mampu menang menghadapi Burnley, maka United akan datang ke Anfield sebagai penguasa klasemen sementara. Sungguh menarik menantikan laga ini.
Klopp sendiri terlihat begitu murka dengan rentetan hasil minor Liverpool dalam 3 laga terakhir. Pintu perebutan gelar kini sangat terbuka dan Klopp lagi-lagi menunjukkan sisi emosionalnya. Ia berujar bahwa anak asuhnya bermain begitu buruk dan tidak boleh terlena akan hasil fantastis musim lalu. “Menjadi juara bertahan bukan berarti kita akan selalu menang dan menguasai pertandingan berikutnya,” ujar Klopp.
Pelatih asal Jerman ini juga mengkritik VAR yang lagi-lagi disangkut pautkan dengan hasil pertandingan United sebelum ini. Liverpool seharusnya mendapatkan hadiah tendangan penalti yang tak digubris oleh pihak tim ofisial wasit. Hal ini membuat Klopp emosi dan menyindir tim wasit yang dinilai memberikan kelonggaran aturan pada Manchester United dalam hal pelanggaran dalam kotak penalti. Memang musim ini Bruni Fernandes kerap jadi pahlawan United dan kisahnya biasa dimulai dari sepakan melalui titik putih di dalam kotak penalti lawan.
Liverpool sudah lama tak mendapatkan persaingan seketat ini. Hasil yang diluar nalar juga terus terjadi karena masih mewabahnya pandemi serta jadwal liga yang begitu padat demi mengejar jadwal pagelaran turnamen antar negara di musim panas nanti. Liverpool mungkin butuh hasil-hasil ini untuk kembali tancap gas. Musim lalu juga menjadi sebuah anomali dimana mereka berbuka puasa gelar dengan cara yang cukup nyaman.
Tujuan mereka musim ini jelas mempertahankan gelar dan merayakannya di hadapan para pendukung yang berdiri sesak memenuhi Anfield. Namun melihat apa yang sudah terjadi sejauh ini, mimpi tersebut bisa-bisa gagal terealisasi karena banyaknya faktor kejutan yang terus terjadi tanpa henti.
Sabar-sabar ya Liverpudlian.