Sebagai pemain, Gabriel Jesus mempunyai kapasitas bermain dan potensi yang luar biasa serta tergolong unik. Saat banyak penyerang memiliki tugas pasti yaitu mencetak gol, Gabriel Jesus memilik peran dan fungsi yang lebih kompleks saat bermain dibawah sistem permainan Mikel Arteta di Arsenal.
Baru mencetak 1 gol dalam 7 penampilannya sejauh ini di Liga Primer, banyak pendukung Arsenal mengeluhkan ketajaman pemain asal Brazil ini. Bagi para gooners, Arsenal dianggap butuh penyerang haus gol yang bisa mencetak 20 gol lebih di setiap musim untuk bisa bersaing terus memperebutkan gelar. Nyatanya, Jesus bukanlah tipe penyerang yang demikian. Meski punya naluri mencetak gol yang tinggi, tuntutan bermain dari Arteta dalam sistem yang dijalankan di Arsenal menuntut Jesus untuk bisa bermain lebih dalam, melebar, hingga membagi ruang untuk pemain lain seperti Saka, Martinelli, Odegaard, hingga Kai Havertz di kotak penalti.
Mencetak 1 gol dan 1 assist saat menang di kandang Sevilla dalam laga ke-3 babak grup Liga Champions, banyak pihak mulai menghargai apa yang bisa Jesus lakukan dalam bentuk permainan terbaiknya. Assist dan gol yang masing-masing tercipta secara luar biasa membuka pemahaman baru bagaimana Jesus bisa menawarkan dimensi yang tak dimiliki penyerang kelas dunia lainnya. Di ajang Eropa, Jesus menyamai pencapaian Maroane Chamakh yang juga berhasil mencetak 3 gol beruntun di 3 laga pembuka Liga Champions kala itu.
Meski mungkin masih bisa terus berkembang, Jesus sudah memberikan sesuatu yang tak banyak bisa diberikan pemain lain. Andai bisa terus sehat, jauh dari cedera, dan juga didukung permainan bagus dari rekan setimnya, bukan tidak mungkin Gabriel Jesus sebenarnya sudah lebih dari cukup untuk membawa Arsenal kembali ke masa-masa kejayaan mereka.
Karena jika Arsenal harus memilih versi penyerang yang lebih baik, mungkin tak hanya Arteta saja yang akan kebingungan mencari pemain dengan atribut lengkap serta unik layaknya yang dimiliki pemain bernomor punggung 9 ini.