13 gol dari 26 penampilan. Itulah jumlah gol yang dibukukan Ilkay Guendogan musim ini. Jumlah yang pastinya tak banyak diprediksi para penikmat sepakbola manapun melihat usianya yang sudah menginjak angka 30 dan tak lagi terhitung muda. Masa keemasannya dianggap sudah lewat dan bahkan, di awal musim tak ada yang berani memprediksi posisi Guendogan sebagai pemain utama di Manchester City.
Di tahun 2021, Guendogan mengamuk. 9 gol di ciptakan di 9 laga terakhir Liga Primer. Liverpool dan Tottenham Hotspurs jadi korban terbaru pemain asal Jerman bernomor punggung 8 tersebut. Sempat bermain sebagai gelandang jangkar untuk menggantikan Fernandinho, Guendogan bermain lebih dalam dan tak banyak membantu proses penyerangan di depan gawang. Padahal, naluri serta insting menyerang Guendogan tak kalah dari pemain City lainnya seperti Kevin De Bruyne, Bernardo Silva, Phil Foden, hingga pemain sayap seperti Mahrez dan Sterling. Cederanya De Bruyne menjadi berkah tersendiri bagi Guendogan yang kini bermain jauh lebih ke depan hingga mampu menghasilkan banyak gol serta menjadi ancama baru bagi para lawan yang menghadapi City.
Kebangkitan Guendogan ikut mewarnai perjalanan City mengukir rekor 16 kemenangan beruntun di seluruh ajang domestik Inggris. Di panggung Liga Primer pun City makin jauh dari kejaran para pesaingnya. Manchester United kembali membuang poin kala bertandang ke West Brom dan Leicester City dianggap tak semenakutkan itu untuk bisa mengejar performa terbaik City saat ini. Jangan lagi bahas Liverpool serta Spurs yang jelas kian kehilangan jati diri mereka di pertengahan musim ini.
Ini jadi bukti bagaimana Pep Guardiola adalah seorang jenius. Tak bisa kita pungkiri, Pep layak jadi pelatih terbaik di dunia sepakbola dalam 10 tahun terakhir. Mulai dari Barcelona, Bayern Muenchen, hingga kini terus menorehkan sejarah bersama Manchester City. Ia boleh saja dilimpahi pemilik yang mendukungnya dengan pembelian pemain hebat, namun perlu dicatat bahwa Guendogan jadi bukti bagaimana Pep mampu memaksimalkan potensi para pemainnya meski di tengah situasi yang tak ideal.
Meski ada perdebatan mengenai trofi Liga Champions yang tak kunjung tiba setelah eranya berakhir di Barcelona, Pep boleh tetap bangga dengan berbagai rekor yang Ia ciptakan apalagi setelah musim ini kembali menjadi yang terdepan dalam posisi perebutan gelar Liga Primer. Tentu memenangkan liga lebih sulit dibandingkan meraih hasil di ajang turnamen bukan? Entahlah, biar para kritikus saja yang menentukannya.
Bagi saya, Pep Guardiola adalah yang terbaik dalam 10 tahun terakhir, Terima kasih Guendogan, aksimu membuat saya makin yakin dengan keputusan di atas.