Argentina di Seberang Sisi - Berita Olahraga | Betting Online | Kasino Online

Argentina di Seberang Sisi

Pep Guardiola dianggap sebagai sosok krusial yang paling berpengaruh menjadikan sosok Lionel Messi sebagai pesepakbola terhebat (jika kalian bukan fans Cristiano Ronaldo tentunya) di muka bumi. Pagi tadi WIB, Pep harus gigit jari melihat bagaimana monster yang ia ciptakan mendominasi jalannya pertandingan hingga Manchester City harus menelan kekalahan telak 4-0.

Semenjak awal pertandingan, Pep hanya tertawa ketika ditanyai oleh para wartawan perihal cara untuk menghentikan Messi. “Entahlah. Saya tidak tahu”, begitu ucap Pep sembari tersenyum.

Saat daftar nama susunan pemain dikeluarkan, City membuat kejutan dengan tidak memasang nama Sergio Aguero sebagai salah satu penyerang mereka di daftar 11 pemain starter. Kevin de Bruyne dipercaya sebagai ujung tombak penyerangan dalam balutan formasi 4-1-4-1 yang diterapkan oleh Pep. Keputusannya untuk tidak memainkan teman baik Messi selama di Argentina itu nampaknya akan cukup disesali Pep beberapa hari mendatang.

Ketika sedang menguasai bola, City yang menumpuk pemain di daerah tengah lapangan sebenarnya bermain cukup baik di babak pertama. Mereka bertransformasi ke formasi 3-2-4-1 ketika menguasai bola sehingga menyulitkan pemain Barcelona untuk memutus aliran bola City dan melakukan serangan balik.

Gol pertama murni karena kejeniusan dan ketenangan seorang Messi di depang gawang. Fernandinho yang terpeleset sehingga bolanya direbut Messi di tengah lapangan hanya bisa tertegun melihat aksi Messi setelahnya. Claudio Bravo yang melakukan blunder fatal di babak kedua juga tampil cukup heroik dengan melakukan penyelamatan gemilang menghalau operan terobosan kepada Neymar dan menghalau bola sepakan Luis Suarez secara luar biasa dalam keadaan 1 lawan 1.

Bukannya tanpa peluang, Nolito dan Ilkay Gundogan dari pihak Manchester City juga memiliki peluang emas yang sayangnya masih mampu ditepis oleh Marc Andre Ter Stegen. Sundulan John Stones di penghujung babak pertama juga sangat disayangkan melesat sedikit di samping tiang gawang hingga membuat Barcelona tetap unggul 1-0 di babak pertama.

Sungguh sayang, blunder fatal Bravo di babak ke-2 berbuah mahal. Bravo yang tengah keluar dari gawangnya untuk membantu pemain City membuka jalur operan di garis belakang malah mengoper kepada Suarez. Kemudian Ia lalu menghalau bola hasil sepakan Suarez dengan tangan di luar area penalti. Kartu merah yang langsung diberikan oleh wasit kepada Bravo memupuskan harapan Pep Guardiola untuk mengalahkan mantan tim asuhannya.

Setelah bermain dengan 10 pemain, Barcelona menggila. Lionel Messi mencetak hattricknya yang ke-37 sepanjang karir dan meski sempat menepis tendangan penalti Neymar, Willy Caballero harus rela memungut bola lagi di jalanya setelah Neymar mempermainkan John Stones sembari menari. Kehilangan Bravo yang di plot sebagai ball-playing goalkeeper membuat pengaruh yang dirasakan City begitu besar. Apalagi menghadapi tim seperti Barcelona, kehilangan Bravo seperti kehilangan 2 pemain secara bersamaan.

Kevin de Bruyne 2 kali kembali nyaris menjebol gawang Ter Stegen dan Pep hanya bisa berandai-andai apakah jika Aguero yang berada di posisi tersebut maka hasil akhirnya bisa saja menjadi berbeda.

Sergio Aguero memang pada akhirnya diturunkan, namun kehadirannya sudah sangat terlambat dan tidak mempengaruhi jalannya pertandingan. Mungkin hasilnya akan kembali berbeda jika saja ketika Gerard Pique cedera Pep langsung berinisiatif memasukkan Aguero ke lapangan. Entahlah.

Kini Pep dan City harus rela kembali jatuh ke bumi setelah sebelumnya melakukan start hebat di ajang Liga Inggris. Ketika didatangkan oleh City, Pep Guardiola jelas tahu benar hasil akhir apa yang diharapkan oleh jajaran direksi. Menjadi raja Eropa jelas sebuah agenda yang harus dicapai oleh pelatih sekaliber Pep Guardiola.

Namun nampaknya untuk kembali membawa timnya menjadi raja Eropa, Pep selalu butuh seorang pemain kidal berkebangsaan Argentina berambut blonde. Pep memang sangat membutuhkan Sergio Aguero, namun jika bisa memilih, jelas Argentina yang satu lagi akan jadi pilihan yang tak bisa ia abaikan.

Tentu Pep Guardiola tidak ingin dikatakan sebagai pelatih yang menjadi juara Eropa hanya karena timnya saat itu memiliki sosok mungil bernama Lionel Messi. Tentu tidak.

Popular News

IMG_4202
Sabar/Reza Juara Spain Masters, Menang Dramatis Lawan Malaysia
31 March 2024
Sabar Karyaman Gutama/Mohammad Reza Pahlevi Isfahani berhasil menjuarai Spain Masters...
8
Duet Gia dan Megawati Pencetak Poin Red Sparks Musim Ini
31 March 2024
Giovanna Milana alias Gia menyatakan tidak ingin mengucapkan selamat tinggal pada...
navii
NAVI melaju ke final Copenhagen Major atas G2
31 March 2024
Natus Vincere muncul sebagai pemenang semifinal kedua PGL Major Copenhagen, mengamankan...
fz
FaZe mengalahkan Vitality untuk mendapatkan tempat terakhir Major
31 March 2024
FaZe menjadi grand finalis pertama PGL Major Copenhagen setelah mengalahkan Vitality...
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter