“Saya selalu bilang jika Anda memotong tangan kiri saya, darahnya akan berwarna merah-hitam dan jika Anda memotong tangan sebelah kanan, darahnya kuning-ungu (warna seragam LA Lakers),” ujar Kobe dalam wawancara dengan Corriere dello Sport beberapa tahun lalu.
Berita meninggalnya legenda bola basket Kobe Bryant dini hari tadi (WIB) seakan mengejutkan seluruh dunia. Baru berusia 41 tahun, Kobe beserta 8 korban lainnya termasuk anak gadis keduanya, Gianna, menjadi korban dari kecelakaan tunggal helikopter yang membawa mereka di Calabasas, California. Berita duka ini dengan cepat menjadi trending topic dunia di seluruh jejaring sosial media termasuk di antaranya para pesepakbola yang diketahui akrab dan pernah bekerja sama dengan Kobe. Sebut saja nama Messi, Neymar, Ronaldinho, Thiery Henry, Mbappe, sampai Cristiano Ronaldo dan banyak lainnya. Mereka juga kehabisan kata melihat berita duka tersebut. Unggahan foto dan kata mengharu biru membanjiri timeline sosial media semua orang.
Kobe Bryant memang dikenal dekat dengan dunia sepakbola. Bahkan, bukan rahasia publik kalau Kobe adalah salah satu penggemar dari tim asal Italia, AC Milan. Kobe sempat tinggal selama 6 tahun di periode tahun 1984 hingga 1991 saat AC Milan tengah berjaya di era Arrigo Sacchi. Marco van Basten adalah pemain favorit Kobe yang tanpa ragu terus mendukung tim asal Italia ini meski tak lagi seperkasa sedia kala. Saat berusia 6 tahun, Kobe beberapa kali berpindah kota mulai dari Rieti kemudian Reggio Calabria, Pistoia, dan Reggio Emilia. Hal ini membuat Kobe fasih bicara dalam bahasa Italia hingga akhir masa hidupnya.
Para penggemar olahraga, bahkan mereka yang tak terlalu mengikuti sepak terjang Kobe merasa bahwa berita kepergiannya bagaikan sebuah mimpi. Bayangkan, Ia tidak dalam kondisi sakit maupun kekurangan suatu apapun. Ia tengah menikmati hasil jerih payahnya selama 20 tahun bergelut di panggung tertinggi NBA bersama LA Lakers. Namun begitulah hidup, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Baik itu beberapa menit lagi, jam, hari, hingga hitungan tahun, hanya Tuhan yang tahu akan segalanya. Kobe akan selalu dikenang sebagai pribadi yang mencintai keluarganya dan banyak orang di sekitarnya. Ketiga anak dan istrinya bisa berbangga hati melihat bagaimana begitu banyak kata – kata dan pujian indah mengalir mengantarkan Kobe ke alam sana.
Memang tak perlu megah hingga menyentuh jutaan manusia seperti apa yang dilakukan Kobe, tapi dengan peninggalannya dan jejak positif selama hidup yang mampu menginspirasi generasi mendatang, Kobe jadi salah satu contoh manusia yang berhasil menunaikan tugasnya dengan baik selama berada di dunia ini.
Harta yang paling berharga selama kita hidup adalah hidup itu sendiri. Hidup yang bisa membawa dampak baik dan terus kekal hingga generasi – generasi mendatang.
Selamat jalan Black Mamba. We’ll miss you.