Isengnya Sang Dewi Sepakbola - Berita Olahraga | Betting Online | Kasino Online

Isengnya Sang Dewi Sepakbola

Ronaldo 1, Messi 0.

Cyborg 1, Tax Criminal 0.

Apapun itu, faktanya memang Cristiano Ronaldo kini akhirnya memiliki sesuatu yang tidak dimiliki oleh Lionel Messi selain tentunya koleksi medali liga Inggris kala Ronaldo mendapatkannya bersama Manchester United.

Pada dini hari (WIB) tadi, Ronaldo berhasil meraih impiannya membawa Portugal menjadi jawara Eropa di bawah langit Perancis. Akhirnya, Ronaldo berhasil berprestasi di tim nasional seperti layaknya apa yang biasa ia lakukan di level klub. Sebuah prestasi yang gagal ditorehkan, atau mungkin belum, dicapai oleh rival abadinya selama ini Messi bersama Argentina.

Saat menyaksikan Dimitri Payet secara tidak sengaja menghantam sisi samping lutut kiri Ronaldo, keadaan terlihat tidak berjalan baik bagi Portugal, dan tentunya bagi Ronaldo sendiri. Tangisan yang ia perlihatkan saat Portugal takhluk dari Yunani 12 tahun silam kembali terlihat. Hanya saja, kali ini tangisan Ronaldo datang lebih awal dan membuat hati yang membencinya juga tidak kuasa untuk tidak memberikan simpati kepadanya.

Ronaldo harus ditarik keluar sebelum babak pertama berjalan lebih dari setengah jam lamanya. Di titik ini rasanya kekalahan pada final 12 tahun yang lalu akan kembali terulang dan menjadi mimpi buruk Ronaldo di sepanjang hidupnya.

Mungkin, memang dewi sepakbola harus berlaku adil bagi kedua makhluk paling gereget dalam dunia sepakbola jaman ini. Saat Messi yang dianggap berada di kasta yang sama dengannya harus menangis kala gagal mengantarkan Argentina meraih trofi Copa America, maka Ronaldo Nampak ditakdirkan untuk harus mengalami hal yang tidak jauh berbeda meski dengan cara yang tak sama.

Ada pemikiran yang muncul mengenai keadilan yang layak diterima oleh para pesepakbola ini, khususnya untuk Ronaldo dan Messi. Saat kedua pemain ini secara total mengumpulkan 8 buah trofi Baloon d’Or, rasanya sulit untuk mencap mereka sebagai pemain cacat hanya karena tidak pernah membawa tim nasional mereka berprestasi di ajang internasional. Jangan lupakan juga banyaknya gelar domestik, rekor-rekor pribadi, hingga raihan total 7 buah trofi UEFA Champions League yang mereka raih bersama di tim nasional dan klub masing-masing.

Jika dewi sepakbola memutuskan untuk tidak memberikan gelar juara bersama tim nasional pada mereka, apakah mereka masih layak untuk berkata bahwa dewi ataupun tuhan sepakbola itu tidak adil? Saya rasa tidak.

Memang ada pemain yang dalam karirnya mampu meraih seluruh trofi yang sanggup mereka rebut di sepanjang karir mereka di level klub dan tim nasional. Sebut saja para generasi emas Spanyol seperti Iker Casillas hingga Xavi dan Andres Iniesta. Ada pula Zinedine Zidane dan Thiery Henry yang beruntung mengalami hal serupa. Namun saya tidak pernah merasa mereka berada pada level yang sama dengan apa yang dicapai oleh Ronaldo ataupun Messi. Dengan tidak mengurangi rasa kagum dan hormat saya kepada pemain lainnya, kedua sosok ini terlalu fenomenal dan diagungkan dalam kurang lebih 7-8 tahun terakhir ini. Bahkan sudah banyak sekali yang muak saat para penggila bola berargumen untuk menentukan siapa yang lebih baik diantara mereka.

Jadi, rasanya tetap adil jika memang akhirnya mereka tidak dinaungi gelar bersama tim nasional setelah apa yang selama ini Ronaldo dan Messi capai di sepanjang karir mereka.

Hal mistis dan lucu lainnya adalah, di stadion yang sama, menghadapi lawan yang sama, dan juga sama-sama dalam panggung venue babak final, kedua pemain bernama Ronaldo harus mengalami cedera yang merugikan kesebelas yang mereka bela. Sampai sini semua hal baik masih tampak bernaung di kubu tim nasional Perancis.

Akan tetapi, lalu keisengan sang dewi sepakbola dimulai.

Drama pada menit-menit akhir babak ke-2 perpanjangan waktu seakan menghapuskan segala praduga tentang ketidakadilan sang dewi. Ronaldo berlari dan menangis bahagia sambil beraksi ala asisten pelatih di sisi pinggir luar lapangan. Bahkan ia memperlihatkan gaya menunjuk-nunjuk jam tangan ala pelatihnya terdahulu Sir Alex Ferguson.

Kita tahu bagaimana kelanjutannya. Ronaldo mengangkat trofi Piala Eropa tinggi-tinggi dan meninggalkan sosok Messi yang menangis sendirian saat kala adu penalti melawan Chili.

Mungkin dewi sepakbola punya rencana yang tidak pernah bisa kita tebak arahnya. Dan melihat kejadian dini hari tadi, pepatah yang mengatakan bahwa bola itu bundar memang sungguh benar adanya.

Jangan kaget jika 2 tahun mendatang di Rusia giliran Messi mengangkat tinggi trofi Piala Dunia bersama Argentina.

Kita tidak pernah tahu.

Popular News

IMG_4202
Sabar/Reza Juara Spain Masters, Menang Dramatis Lawan Malaysia
31 March 2024
Sabar Karyaman Gutama/Mohammad Reza Pahlevi Isfahani berhasil menjuarai Spain Masters...
8
Duet Gia dan Megawati Pencetak Poin Red Sparks Musim Ini
31 March 2024
Giovanna Milana alias Gia menyatakan tidak ingin mengucapkan selamat tinggal pada...
navii
NAVI melaju ke final Copenhagen Major atas G2
31 March 2024
Natus Vincere muncul sebagai pemenang semifinal kedua PGL Major Copenhagen, mengamankan...
fz
FaZe mengalahkan Vitality untuk mendapatkan tempat terakhir Major
31 March 2024
FaZe menjadi grand finalis pertama PGL Major Copenhagen setelah mengalahkan Vitality...
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter

SHARE THIS ARTICLE WITH FRIENDS

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on google
Google+

Leave a Comment

Your email address will not be published.