Pep Guardiola dan Manchester City meneruskan rentetan kemenangan mereka di seluruh ajang setelah mencetak 2 gol yang tak bisa dibalas Borussia Moenchegladbach pada babak 16 besar Liga Champions leg pertama. Kemenangan ini didapat lagi-lagi melalui skema permainan terbaik yang menjadi idaman banyak klub manapun di dunia.
Sebagai catatan, Pep belum berjodoh dengan trofi si kuping besar setelah terakhir kali meraihnya 10 tahun silam bersama Barcelona. Setelahnya, Ia gagal bersama Bayern Muenchen dan hingga kini belum juga meraihnya kembali bersama Manchester City. Berkali-kali, Pep nampak kurang beruntung sampai dianggan overthinking tiap kali menghadapi pertandingan krusial di ajang Liga Champions.
Meski telah menancapkan dominasinya sebagai salah satu yang terbaik musim ini, Pep enggan dianggap sebagai favorit untuk menjadi juara Eropa musim ini. Padahal, seperti yang kita ketahui tim-tim jagoan lain seperti Barcelona, Real Madrid, hingga Atletico, dan Juventus tampil melempem. Praktis hanya juara bertahan Bayern Muenchen dan finalis musim lalu Paris Saint Germain saja yang menjadi andalan selain City.
Kembalinya beberapa pilar penting seperti Kevin de Bruyne hingga Sergio Aguero yang merumput pada pertandingan melawan Gladbach menjadi katalis baru bagi para penikmat sepakbola untuk terus berharap pada Manchester City musim ini. Mungkin saja mereka akan melakukan sapu bersih di musim ini seperti apa yang pernah Pep lakukan bersama Barcelona di musim perdananya pada 2008/2009 lalu.
Label favorit nampak akan selalu terpasang pada tim asuhan Pep Guardiola dimanapun Ia melatih dan di ajang manapun tim tersebut bermain. Urusan untuk menjadikannya kenyataan jelas adalah hal yang berbeda. Pekerjaan rumah di Eropa bagi Pep dan City memang sudah seharusnya menunjukkan hasil. Jika bukan di musim yang unik ini, mungkin kesempatan lain akan sulit datang sebaik sekarang meski label favorit lagi-lagi dipastikan terus melekat pada diri Pep dan juga Manchester City.
