Sudah 5 pertandingan dijalani oleh tim bola basket Amerika pada babak penyisihan grup A Olimpiade 2016. Walaupun Kevin Durant dkk memenangi semua laga tersebut, tetapi ada sebuah pertanyaan besar yang muncul, terutama di 2 laga terakhir saat menghadapi Serbia dan Perancis. Tim Amerika yang mayoritas bermaterikan pemain-pemain All-Star NBA, hanya mampu mengalahkan Serbia dengan skor 94-91 dan juga Perancis dengan kedudukan 100-97.
Kemenangan dengan selisih hanya 3 poin ini sudah cukup membuat fans tim Amerika bertanya-tanya. Serbia jelas bukanlah tim unggulan. Dari 5 laga yang sudah dilakoni, mereka hanya mampu memenangi 2 pertandingan saja. Secara kualitas pemain pun tidak ada yang terlalu menonjol secara individual. Perancis sendiri saat menghadapi Amerika, tidak menurunkan pemain terbaiknya Tony Parker yang didera cedera jempol kaki.
Walaupun demikian, tim Amerika terlihat amat kesulitan saat menghadapi 2 tim tersebut. Dalam bertahan, mereka seringkali kebingungan saat lawan melakukan pick and roll, sebuah strategi menyerang yang paling sederhana di dalam permainan bola basket. Terlihat jelas bagaimana Kyrie Irving, point guard utama tim Amerika, begitu kesulitan menghadapi Milos Teodosic (Serbia) dan juga Thomas Heurtel (Perancis). Dua pemain ini memang notabene tidak memiliki kemampuan sebaik Irving, akan tetapi mereka mampu mengobrak abrik pertahanan Amerika serta sangat efektif dalam mencetak angka.
Sementara dalam menyerang, tim Amerika belum juga memperlihatkan kemampuan terbaik mereka. Acapkali tim peraih medali emas olimpiade 2008 dan 2012 ini kehilangan bola dengan mudah. Beberapa strategi yang diterapkan oleh pelatih Mike Krzyzewski juga tidak berjalan dengan baik akibat terjadinya miskomunikasi antar pemain. Tim Amerika juga terlalu banyak melakukan isolasi untuk pemain tertentu dan jarang melakukan ball movement.
Konsistensi juga menjadi masalah terbesar bagi para pemain negeri Paman Sam selama bermain di ajang Olimpiade kali ini. Kapten tim Kevin Durant, terlihat jelas tampil dengan penuh beban di setiap pertandingan. Carmelo Anthony dan Kyrie Irving yang bermain apik saat menghadapi Australia, tidak mampu berkontribusi banyak dalam 2 laga terakhir. Shooter handal Klay Thompson, baru menunjukan kemampuan tembakan tiga angkanya pada pertandingan terakhir saat berhadapan dengan Perancis. Lalu 3 big man tim Amerika yaitu DeMarcus Cousins, DeAndre Jordan, dan Draymond Green seringkali melakukan foul yang tidak penting. Sementara beberapa pemain cadangan seperti Jimmy Butler, DeMar DeRozan, dan Paul George juga tidak tampil sesolid yang mereka tunjukan saat bermain di kompetisi NBA.
Pelatih Mike Krzyzewski pun mengakui bahwa masalah di kubu Amerika saat ini adalah minimnya waktu berlatih secara bersama-sama. Setelah musim kompetisi NBA 2015-2016 usai, para pemain hanya mempunyai waktu sekitar 2 minggu saja untuk berlatih bersama. Walaupun mereka mempunyai kemampuan individual yang luar biasa, masalah komunikasi dan juga chemistry antar pemain tidak dapat terbentuk dalam waktu yang singkat tersebut.
Hal ini jelas mengingatkan publik kepada tim bola basket Amerika di Olimpiade Athena 2004 yang hanya mampu membawa pulang medali perunggu setelah dikalahkan Argentina di babak semifinal. Walaupun skuad yang ada saat itu beranggotakan pemain-pemain hebat seperti Allen Iverson dan Tim Duncan, tetapi tim Amerika tidak mampu tampil sebagai sebuah kesatuan tim.
Lagu lama kembali berdendang. Masalah 12 tahun silam yang tadinya sudah dilupakan, mulai muncul kembali. Dapatkah tim Amerika mengatasi semua ini?