Joao Havelange, mantan presiden FIFA yang menjabat selama dua dekade meninggal dunia pada Selasa (16/08) di usia 100 tahun. Berita tersebut ditegaskan oleh juru bicara rumah sakit Samaritano di Rio, Brasil, Andresa Feijo, tempat di mana Havelange dirawat karena menderita penyakit infeksi paru-paru.
Pria kelahiran 8 Mei 1916 tersebut pernah menjabat sebagai Presiden Konfederasi Sepak Bola Brasil dari tahun 1956 hingga 1974 dan memimpin badan induk sepak bola dunia FIFA dari tahun 1974 hingga 1998.
Pada tahun 2009, Havelange pernah memimpin presentasi tawaran Olimpiade Rio kepada Komite Olimpiade Internasional (IOC) di Kopenhagen dengan mengundang para anggota untuk memilih “ Bergabung dengan saya dalam merayakan ulang tahun saya ke-100 di Olimpiade 2016, Brasil.”
Kehadiran Havelange banyak membantu Brasil untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2014 dan pesta olahraga Olimpiade Rio 2016. Bekas atlet polo air tersebut turut dikenang sebagai tokoh yang membantu mengubah sepak bola menjadi berkembang di seluruh dunia, namun reputasi yang ditinggalkannya telah dinodai dengan tuduhan kasus korupsi yang serius.
Havelange mengundurkan diri sebagai Presiden kehormatan FIFA pada tahun 2013 usai timbul laporan bahwa ia turut menerima suap. Saat itu, ia juga dikabarkan mulai sering menjalani pengobatan di rumah sakit setelah kondisinya menurun akibat masalah paru-paru.
Di samping menjabat sebagai Presiden FIFA, Havelange juga pernah tergabung ke dalam anggota International Olympic Committee (IOC) sejak 1963 hingga 2011. Dan selain itu, dia juga pernah ikut berpartisipasi dalam Olimpiade di Berlin pada tahun 1936 sebagai perenang Olimpiade, dan Olimpiade edisi 1952 di Helsinki sebagai pemain polo air tim Brasil.
Joao Havelange pernah berpartisipasi dalam Olimpiade di Berlin pada tahun 1936 sebagai perenang Olimpiade. (Sumber:www.bestswim.com.br)
Havelange adalah orang non-Eropa pertama yang menjabat sebagai Presiden FIFA. Selama masa pemerintahannya, Havelange mondar- mandir tak henti-hentinya sepak bola dunia untuk memperluas batas-batas sepak bola. Terbukti, di bawah kepimpinannya, Havelange mendapat pujian atas kebijakannya dalam memberikan kesempatan kepada negara-negara berkembang untuk muncul di sepak bola dunia. Salah satunya dengan langkah memperbanyak simpatisan Piala Dunia dari 16 tim menjadi 32 tim.