Tim nasional Indonesia akan menghadapi laga final ke-6 mereka di ajang Piala AFF 2020 menghadapi tim terkuat di benua Asia Tenggara yakni Thailand. Melaju ke babak final melalui drama yang sangat gila di leg ke-2 babak semifinal menghadapi Singapura, banyak pihak khawatir Indonesia telah mengerahkan seluruh kemampuan serta keberuntungan mereka di laga tersebut. 5 kali mentok sebagai runner-up di ajang Piala AFF jelas menjadi bayang-bayang kelam yang menaungi pikiran seluruh punggawa timnas serta para pendukung jelang babak final leg pertama besok 29 Desember 2021.
Laju timnas Indonesia selalu diiringi banyak persepsi negatif. Bahkan, menarik melihat bagaimana kritik serta suara negatif tersebut banyak datang dari publik negeri ini sendiri. Mulai dari mereka yang mengatakan bahwa euforia ini norak, para pemain yang dinilai kurang memiliki etika, hingga laju timnas yang hanya diiringi modal keberuntungan. Mereka menilai bahwa Indonesia selalu berlagak layaknya juara di saat penting hingga gagal menjadi juara yang sesungguhnya seperti di 5 kesempatan sebelumnya saat Indonesia harus menelan pil pahit di partai puncak.
Tak ayal, banyak yang menaruh ekspektasi minimum di partai final. Saat banyak orang mengira bahwa kita mengharapkan Indonesia keluar sebagai juara, banyak pula yang sebenarnya cukup dengan perlawanan meyakinkan serta pola permainan yang bisa bersaing hingga menyulitkan para pemain Thailand. Hal ini dikarenakan realita yang secara mauk tak mau harus kita hadapi guna menyambut masa depan tim nasional yang lebih baik. Tentu kemenangan di Piala AFF akan menjadi sebuah prestasi yang kita sambut dengan gegap gempita setelah terakhir kali timnas berjaya di ajang Sea Games 1991. Namun, percayalahm kami semua lebih berharap akan peningkatan jangka panjang melalui olahan tangan dingin Shin Tae Yong yang wajib, sekali lagi saya tegaskan, wajib dipertahankan apapun hasilnya partai final nanti.
Peningkatan gaya bermain, mental, hingga keberanian pelatih Shin untuk bersikap tegas baik di luar maupun saat pertandingan saat diperlukan untuk mematangkan generasi muda tim nasional Indonesia saat ini. Pemain-pemain seperti Witan Sulaeman dan Asnawi Mangkualam perlu diikuti jejak langkahnya setelah menjadi motor serangan dan penggerak timnas yang sangat dominan hingga mencuri perhatian di Piala AFF kali ini. Pemain seperti Arhan, Dewangga, Irianto, Nadeo, Baggott, Rumakiek, hingga Ezra Walian dan Egy Maulana yang masih berusia 25 tahun ke bawah perlu terus menaikkan level permainan mereka hingga bisa terus menarik prestasi tim nasional naik di kemudian hari. Sering terjadi, PSSI hanya melihat hasil akhir dan pada akhirnya memutus rantai progres yang sudah mulai terlihat hasilnya di masa lalu. Jika Indonesia melepaskan pelatih Shin, maka apapun hasilnya nanti maka Indonesia akan kalah dan tak meraih banyak keuntungan.
Sepakbola Indonesia sudah terlalu lama tenggelam dalam kebusukan yang mengakar. Semoga saja, mimpi dan harapan sederhana kami menjelang tahun yang baru ini bisa terkabulkan. Menjadi lebih baik dan setia akan proses bersama Shin Tae Yong jelas lebih dari cukup untuk timnas kita yang selalu carut marut bukan? Mari kita nilai performa mereka setelah bekerja dalam waktu 2-4 tahun mendatang dan bukan hanya dari patokan turnamen Piala AFF yang berlangsung sebulan terakhir seperti ini.
Ada amin?
