Permasalahan Tim Besar Lama - Berita Olahraga | Betting Online | Kasino Online

Permasalahan Tim Besar Lama

Ada yang bilang bahwa kasta di Liga Primer Inggris sedang mengalami perombakan besar. Tatanan posisi tengah diulang dengan kandidat – kandidat tim kuat baru bernama Everton, Aston Villa, Leeds United, serta West Ham yang menggebrak sebulan setelah musim baru dimulai. Sayangnya, mungkin saja hal di atas tak terjadi musim ini. Meski tentu saja peluang tersebut selalu terbuka jika kita melihat pepatah lama yang bicara bahwa bola itu bulat.

7-2. Siapapun tentu terkejut melihat sang juara yang begitu agung harus tertunduk lesu dini hari tadi (WIB). Klopp berujar bahwa pemain Villa lebih menginginkan kemenangan ini. Liverpool tak memiliki respon yang bagus setelah kebobolan gol pertama. Klopp juga menilai bahwa semua pemainnya tak melakukan hal yang seharusnya mereka lakukan seperti biasa.

Jika kalian tidak menyaksikan pertandingan tersebut secara langsung, mungkin absennya Alisson serta Mane akan menjadi alibi kuat. Hanya saja, kenyataan berkata lain. Meski memang Adrian melakukan sebuah kesalahan pada proses gol pertama Villa, hal tersebut tak lantas melayakkan Villa untuk kembali mencetak 6 gol di sisa waktu pertandingan. 2 gol Salah yang selama ini seringkali cukup untuk mendulang 3 poin bagi Liverpool tak lebih menjadi sekedar bonus bagi para manajer FPL yang memasangnya sebagai kapten pada pekan ke-4 ini.

Mental pemain menjadi fokus yang diperhatikan Klopp. “Pertandingan seperti ini tak seharusnya terjadi. Memang terkadang ada pertandingan seperti ini dan saya sudah cukup tua untuk melihat banyak hal aneh dalam pertandingan sepakbola. Villa lebih menginginkan poin ini dan saya sangat tidak suka akan hal itu,” ujar Klopp.

Permasalahan mental seperti ini memang seringkali dialami para juara bertahan. Apalagi jika kita bicara tentang apa yang dialami Liverpool dalam beberapa musim terakhir. Peningkatan performa mereka sangatlah tajam dan hal itu diiringi dengan berbagai macam euforia serta problematik yang terus mendera tanpa henti. Mulai dari kemenangan beruntun, berhentinya liga karena pandemi covid-19, bergulirnya kembali liga dalam jadwal yang tidak wajar, sampai musim baru yang datang lebih cepat dan diawali pula dengan tempo yang mengerikan. Kemenangan Liverpool musim ini pun tak meyakinkan layaknya apa yang mereka sajikan musim lalu. Meski tak selalu menang dengan cara indah, tim ini mungkin sudah mulai terbiasa akan hal tersebut dan tak lagi berusaha sekeras dahulu. Tanpa sadar, tim mungkin berpikir bahwa kebobolan terlebih dahulu ataupun bermain buruk takkan jadi masalah berarti bagi mereka karena pada akhirnya, Liverpool selalu mampu mencari jalan keluar terbaik. Sayang, sepakbola tak bisa berlaku seperti apa yang baru saya tulis.

Musim ini kita melihat banyak tim – tim papan tengah dan bawah yang mulai unjuk gigi. Faktor kelelahan tim besar seperti Liverpool yang menjalani jadwal padat pun menjadi kesempatan bagi tim – tim yang saya sebut di atas untuk mengeksploitasi kelemahan yang ada. Lihat saja bagaimana Leeds mampu melukai City pada akhir babak pertama dan awal babak kedua pertandingan pekan lalu. Tim – tim besar ini mungkin punya idealisme yang bisa – bisa membawa mereka kepada keterpurukan. Jangan sampai saya merambet pada performa Chelsea, United, dan juga Spurs. Sama saja. Mereka nampak terlalu nyaman hingga harus dihancurkan terlebih dahulu untuk kemudian tersadar bahwa cara lama tak selamanya jadi cara yang paling baik.

Itulah sebabnya saya lebih menyukai cara Arteta yang memang mampu mengeluarkan kelebihan para pemainnya dengan cara yang dirasa pas saat meracik komposisi tim. Pemain mahal atau kapten tim tak harus selalu dimainkan andai memang sedang berada di bawah tekanan terutama dalam jadwal yang tak mengijinkan kata istirahat seperti sekarang. Tentu pelatih sekaliber pelatih – pelatih di Liga Primer harusnya sadar bahwa banyak hal yang bisa dipelajari pemain dengan menyaksikan pertandingan dari pinggir lapangan. Dan kini, saat pembelajaran tersebut tak juga mereka dapatkan, mereka yang tengah terjerembab boleh mensyukuri datangnya international break pekan depan.

Apakah hal – hal yang terjadi pekan lalu hanyalah sebuah kebetulan? Bisa saja. Hanya waktu yang mampu menjawabnya.

Akhir kata, jika kisah Leicester pada musim 2015/2016 akan kembali terulang musim ini, saya akan jadi satu dari sekian banyak orang yang dengan sok tahunya siap berujar “kalau saya sih, gak kaget kok.”

Popular News

IMG_4202
Sabar/Reza Juara Spain Masters, Menang Dramatis Lawan Malaysia
31 March 2024
Sabar Karyaman Gutama/Mohammad Reza Pahlevi Isfahani berhasil menjuarai Spain Masters...
8
Duet Gia dan Megawati Pencetak Poin Red Sparks Musim Ini
31 March 2024
Giovanna Milana alias Gia menyatakan tidak ingin mengucapkan selamat tinggal pada...
navii
NAVI melaju ke final Copenhagen Major atas G2
31 March 2024
Natus Vincere muncul sebagai pemenang semifinal kedua PGL Major Copenhagen, mengamankan...
fz
FaZe mengalahkan Vitality untuk mendapatkan tempat terakhir Major
31 March 2024
FaZe menjadi grand finalis pertama PGL Major Copenhagen setelah mengalahkan Vitality...
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter

SHARE THIS ARTICLE WITH FRIENDS

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on google
Google+

Leave a Comment

Your email address will not be published.