Hack-a-Shaq - Berita Olahraga | Betting Online | Kasino Online

Hack-a-Shaq

Menyongsong musim kompetisi yang baru, NBA membuat sebuah keputusan besar dengan merubah aturan ‘Hack-a-Shaq’. Hal ini disampaikan secara langsung oleh Adam Silver, selaku komisaris NBA, pada saat pertemuan dengan para pemilik tim di Las Vegas, Amerika Serikat beberapa pekan yang lalu.

Secara singkat, ‘Hack-a-Shaq’ adalah sebuah tindakan pelanggaran atau foul yang disengaja oleh tim yang sedang bertahan kepada pemain lawan yang mempunyai persentase free throw yang rendah. Dengan sang pemain gagal memasukan free throw, kemungkinan besar bola akan berpindah tangan kepada tim yang melakukan ‘Hack-a-Shaq’ tersebut.

Sebutan ‘Hack-a-Shaq’ sendiri ditujukan kepada Shaquille O’Neal, pemain yang memiliki rata-rata persentase tembakan free throw 52.7% sepanjang karirnya. Dengan tinggi badan 216 cm dan memiliki bobot sekitar 147 kg, O’Neal adalah seorang pemain yang sangat dominan saat berada di area bagian dalam pertahanan lawan. Pemain yang memiliki 4 gelar juara NBA ini begitu efektif dalam mencetak angka terutama melalui aksi slam dunknya, kendati ia sudah di kawal oleh 2 pemain. Itulah sebabnya sebelum O’Neal berhasil mencetak angka, bahkan sebelum ia memegang bola, para pelatih tim lawan akan menginstruksikan pemainnya untuk melakukan ‘Hack-a-Shaq’ terlebih dahulu guna mengirim O’Neal ke garis free throw.

Sejatinya strategi ‘Hack-a-Shaq’ bukanlah hal yang asing di kompetisi bola basket NBA. Sejak tahun 1960an, pemain legendaris dari tim Los Angeles Lakers, Wilt Chamberlain selalu menjadi sasarannya. Lalu sekitar tahun 1990an, power forward andalan tim Chicago Bulls, Dennis Rodman yang menjadi target utama.

Dalam 3 tahun terakhir, strategi ‘Hack-a-Shaq’ semakin marak dipergunakan terutama kepada pemain seperti DeAndre Jordan dari tim Los Angeles Clippers, Dwight Howard dari tim Atlanta Hawks, dan Andre Drummond dari tim Detroit Pistons. Pada tahun 2015-2016 kemaren, berdasarkan data yang diungkapkan oleh Adam Silver, pemakaian strategi ‘Hack-a-Shaq’ melonjak 16x lipat dibandingkan dari 5 tahun yang lalu. Fenomena inilah yang menyulut kontroversi dan perdebatan di kalangan pecinta bola basket NBA. Selain mengganggu alur permainan, banyak pihak juga menilai strategi ‘Hack-a-Shaq’ membuat pertandingan menjadi lebih lama dan membosankan. Hal ini dikarenakan, seorang pemain yang dipaksa untuk menembak free throw sebanyak 20x akan membuat durasi pertandingan bertambah sekitar 10 menit.

Sebaliknya beberapa pihak merasa bahwa strategi ‘Hack-a-Shaq’ sah-sah saja untuk digunakan. Ketidakmampuan seorang pemain dalam memasukan bola free throw adalah sebuah bagian dari permainan. Dan jika ada tim yang merasa dirugikan, hal itu sudah menjadi konsekuensi dari kelemahan pemain tersebut.

Untuk musim 2016-2017 mendatang, Adam Silver membuat 3 peraturan baru terkait strategi ‘Hack-a-Shaq’. Yang pertama adalah tentang pelanggaran kepada pemain yang tidak memegang bola. Di peraturan sebelumnya, hanya pada 2 menit terakhir di kuarter ke 4 saja, pemain yang dilanggar tanpa memegang bola akan mendapat 1x free throw dan penguasaan bola kembali. Akan tetapi di peraturan yang baru, hal ini akan diberlakukan pada 2 menit terakhir di seluruh kuarter. Yang kedua adalah, tim yang pemainnya sengaja dilanggar sebelum inbounds play atau lemparan kedalam dilakukan, akan mendapat 1x free throw dan penguasaan bola kembali. Sementara yang terakhir adalah, jika seorang pemain melakukan ‘Hack-a-Shaq’ dengan cara yang tidak pantas (seperti menaiki punggung lawannya), maka ia akan mendapatkan flagrant foul. Pelanggaran ini jenisnya lebih berat dari foul biasa, karena jika pemain tersebut mendapatkan 2x flagrant foul, maka ia akan secara otomatis dikeluarkan dari pertandingan.

Saat ditanya apakah ‘Hack-a-Shaq’ bisa dihilangkan, Adam Silver mengaku agak sulit melakukan hal tersebut. Ini dikarenakan, untuk menghapus sepenuhnya sebuah peraturan, dibutuhkan 2/3 atau 67% persetujuan dari pemilik tim di seluruh NBA. Komisaris berusia 54 tahun ini juga tidak mempermasalahkan jika ada tim yang akan tetap memakai strategi tersebut. Menurut dirinya, NBA tidak bisa dengan mudah melarang penggunaan strategi ‘Hack-a-Shaq’, hanya karena ada segelintir pemain atau tim yang merasa dirugikan.

Popular News

IMG_4202
Sabar/Reza Juara Spain Masters, Menang Dramatis Lawan Malaysia
31 March 2024
Sabar Karyaman Gutama/Mohammad Reza Pahlevi Isfahani berhasil menjuarai Spain Masters...
8
Duet Gia dan Megawati Pencetak Poin Red Sparks Musim Ini
31 March 2024
Giovanna Milana alias Gia menyatakan tidak ingin mengucapkan selamat tinggal pada...
navii
NAVI melaju ke final Copenhagen Major atas G2
31 March 2024
Natus Vincere muncul sebagai pemenang semifinal kedua PGL Major Copenhagen, mengamankan...
fz
FaZe mengalahkan Vitality untuk mendapatkan tempat terakhir Major
31 March 2024
FaZe menjadi grand finalis pertama PGL Major Copenhagen setelah mengalahkan Vitality...
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter

SHARE THIS ARTICLE WITH FRIENDS

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on google
Google+

Leave a Comment

Your email address will not be published.