Pep dan Manchester City membuat artikel saya tentang Foden terlihat ngawur. Meski tentu saja isinya tetap relevan, hasil minor kekalahan 2-5 di kandang sendiri membuat banyak pihak menilai bahwa Pep sudah mulai kehilangan magisnya. Atau mungkin kehilangan jalan keluar karena ditinggal pergi Arteta.
Meski demikian, Pep berhak merasa dikhianati akan hasil mengejutkan ini. Meski tanpa sosok seorang penyerang, City seperti biasa mampu menguasai jalannya pertandingan dan bahkan mencetak gol cepat melalui sepakan keras Riyad Mahrez. Sayangnya, setelah 30 menit babak pertama berjalan, Pep menilai bahwa para pemain kehilangan kontrol dan kepercayaan diri mereka perihal cara mengembangkan permainan di lapangan.
3 buah pelanggaran di dalam kotak penalti menjadi bukti bagaimana Pep kembali dirugikan karena aksi ceroboh anak asuhnya. Tak jauh berbeda dengan bagaimana Pep harus kecewa melihat pemain depannya gagal mencetak gol saat gawang sudah terbuka tanpa dihalangi siapapun. Sosok pelatih memang mudah dijadikan kambing hitam. Hanya saja, kembali lagi saya tegaskan, tidak adil untuk menyorot Pep seorang. Pelatih hanya bisa memberikan instruksi tanpa mampu berbuat banyak saat bola sudah bergulir dan diperebutkan 22 pemain di atas lapangan.
Idealisme Pep memang sudah terlihat semenjak baru melatih Barcelona. Ia mengedepankan penguasaan bola guna melakukan pertahanan terbaik. Tak banyak pula pemain yang mampu menerapkan pola permainan ini di tiap pertandingan. Dan andai pemain depan tak mencetak gol, tim asuhannya akan terlihat bermain membosankan dengan passing – passing pendek yang membuat lawan kelelahan, atau malah bertahan sangat dalam. Jika kebobolan lebih dahulu maka pilihan untuk bermain lebih terbuka menjadi harga mati. Dan jika boleh memberi masukan, mungkin yang Pep butuhkan adalah sosok penyerang konvensional yang tinggi dan bertubuh besar. Bisa memberika alternatif untuk bermain bola – bola atas dan menjadi defensive forward juga andai para pemain lawan berinisiatif untuk melakukan permainan terbuka.
Pep sudah mengeluarkan begitu banyak uang untuk pemain bertahan. Mungkin selama ini, Ia salah menafsirkan kebutuhan timnya. Karena nyatanya, mungkin saja Ia lebih membutuhkan pemain besar, kokoh, dan memiliki teknik tinggi di posisi yang berlawanan. Tentu kita tahu bahwa Aguero, Jesus, Sterling, Foden, Mahrez, Torres, hingga De Bruyne bukanlah sosok yang mengerikan di udara bukan? Jangan sebut nama Liam Delap. Ia belum masuk hitungan untuk tim seambisius City.
Jadi, mau salah alamat sampai kapan Pep?