Teriakan Rasisme Yang Tak Masuk Akal - Berita Olahraga | Betting Online | Kasino Online

Teriakan Rasisme Yang Tak Masuk Akal

Sepakbola Eropa kembali diramaikan oleh kasus rasisme setelah korban terbaru, Paul Pogba jadi sasaran kemarahan pendukungnya sendiri yang tak bisa menerima kegagalan Pogba mengeksekusi tendangan pinalti ke gawang Wolves. Hal ini sendiri dikutuk keras oleh pihak Manchester United dan juga beberapa pemain seperti Maguire dan Rashford yang ikut menyuarakan kekecewaan mereka via sosial media.

Pogba yang telah gagal 4 kali dalam 11 kesempatan terakhir nyatanya masih di dukung penuh oleh Ole sebagai salah satu penendang pinalti utama bersama Rashford. Dan berkaca pada kasus gagal pinalti, hal tersebut seharusnya lumrah terjadi dan tak serta merta membenarkan aksi teriakan berbau rasisme pada Pogba, serta Tammy Abraham dari Chelsea di ajang UEFA Super Cup Kamis lalu.

Entah apa motif dibalik teriakan bernada rasisme yang ditujukkan pada Pogba. Saya sendiri tak bisa membayangkan betapa sedihnya diri ini andai Laca atau Auba mengalami hal yang serupa. Kita tak bisa memungkiri bahwa Laca dan Auba bukanlah baris pemain kulit putih yang selama ini selalu jadi pelaku dari kasus rasisme di kancah Liga Primer. Sebenarnya, saya curiga jika teriakan tersebut berlatar belakang dari ketidaksukaan para pendukung United dengan tingkah laku Pogba yang cukup narsis di luar lapangan tanpa berbekal konsistensi yang memadai di atas lapangan. Rumor kepindahan ke Real Madrid juga nampak jadi penyebab lain dari teriakan yang Ia terima.

Sungguh menyedihkan bagaimana hal seperti ini bisa terjadi di ajang tertinggi Liga sepakbola dunia. Bagaimana mungkin seorang pendukung dari sebuah tim bisa menghina dan melakukan tindak memalukan tersebut terhadap pemain mereka sendiri. Saya tahu bahwa Mustafi adalah pemain yang sangat…..ya Anda tahu jawabannya. Tapi hal itu tidak serta merta membenarkan saya dan pendukung Arsenal lainnya untuk memberikan teriakan bernada rasis atau hinaan hingga kutukan seperti ucapan sumpah serapah perihal cedera, kematian, warna kulit, hingga keluarga dari pemain yang bersangkutan. Rasa kecewa tersebut memang sulit untuk dibendung namun tentunya ada cara lain yang lebih baik untuk menyalurkan kekecewaan tersebut. Menulis atau berceloteh via sosial media misalnya.

Di Indonesia pun kasus serupa sedang ramai dibicarakan akibat penghinaan yang diterima saudara kita di Papua. Setelah 74 tahun merdeka, ternyata Indonesia masih terjajah oleh ulah penduduk negeri ini sendiri. Sama seperti para pendukung sepakbola yang selalu mengaku paling mencintai klub mereka dan mengaku taat peraturan tapi nyatanya melakukan aksi menjijikkan yang seharusnya tak dilakukan tersebut. Jujur saja, mengaku bercanda akan aksi di atas ini sering jadi pembelaan kita semua, hanya saja ada waktu serta tensi tertentu yang membuat segala ucapan ini tak pantas dikeluarkan. Bahkan, melakukan aksi rasis kepada sahabat yang kita kenal saja bisa terkena tindak pidana yang diawali dari sebuah candaan. Sungguh konyol jika sampai sekarang kita tidak mengerti akan hal ini.

Seharusnya dunia ini sudah cukup tua dan perkembangan informasi sudah menjadikan kita semua setidaknya, sedikit lebih dewasa. Saya tentu tak ingin hal seperti di atas terulang kembali, namun, harus kita akui bahwa hal tersebut takkan pernah hilang dari dunia sepakbola yang kita cintai tersebut. Begitupun dengan Indonesia, negara yang saya cintai dengan segenap jiwa dan raga ini.

Menyedihkan dan tak masuk akal. Betapa bodohnya kita yang dikuasai kebencian dan emosi sesaat tersebut.

Popular News

IMG_4202
Sabar/Reza Juara Spain Masters, Menang Dramatis Lawan Malaysia
31 March 2024
Sabar Karyaman Gutama/Mohammad Reza Pahlevi Isfahani berhasil menjuarai Spain Masters...
8
Duet Gia dan Megawati Pencetak Poin Red Sparks Musim Ini
31 March 2024
Giovanna Milana alias Gia menyatakan tidak ingin mengucapkan selamat tinggal pada...
navii
NAVI melaju ke final Copenhagen Major atas G2
31 March 2024
Natus Vincere muncul sebagai pemenang semifinal kedua PGL Major Copenhagen, mengamankan...
fz
FaZe mengalahkan Vitality untuk mendapatkan tempat terakhir Major
31 March 2024
FaZe menjadi grand finalis pertama PGL Major Copenhagen setelah mengalahkan Vitality...
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter

SHARE THIS ARTICLE WITH FRIENDS

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on google
Google+

Leave a Comment

Your email address will not be published.