Kemenangan Liga Champions secara beruntun bersama Real Madrid telah memberinya status sebagai pelatih yang sangat hebat.
Setelah pensiun pada thun 2006 tanpa ada keinginan untuk menjadi pelatih, semua orang telah mengira bahwa Zinedine Zidane sudah siap untuk menjadi warga yang biasa dan hidup dengan damai bersama sang istri dan keempat anaknya.
Tetapi “bau rumput” terus menggangu penciumannya, ungkap mantan pemain bintang Real Madrid Kaka. “Dia memberitahu saya bahwa ketika berhenti menjaidi pemain dirinya tidak akan melatih,” ungkap Kaka.
“Dia hanya akan tinggal bersama keluarganya, dan menikmati hidup dan berkunjung kemana-mana. Dan setelah dua atau tiga tahun ketika dia kangen dengan lapangan, dan bau dari rumput dia merasa mungkin ‘tidak’, mungkin sekarang adalah waktunya kembali.”
Pada tahun 2009, Zidane kembali ke Real Madrid, dimana dia menghabiskan waktu lima tahun sebagai pemain. Dia menduduki posisi sebagai penasehat president Florentino Perez, salah satu dari berbagai posisi yang disediakan untuk posisi kursi panas di Santiago Bernabeu.
Zidane bekerja keras dari dasar selama 7 tahun. Dia adalah “penasehat khusus” dibawah arahan Jose Mourinho, dia juga adalah direktus oahraga, asisten pelatih dan kemudian menjadi pelatih Castilla sebelum menjadi pelatih tim utama kendati Janji Perez untuk memberikan pelatih dari timnya sendiri seperti Pep Guardiola.
Pemilihannya ibaratkan halilintar yang mencerahkan suasana setelah Rafael Benitez. Semua hal yang tidak mengenakkan pergi meninggalkan tim tersebut bersamaan dengan Rafa.
Tetapi dibawah arahan Zidane, ada unsur kebersamaan dan kesatuan yang sangat kuat. Ada chemistry yang kuat pada ruang ganti yang sangat dibutuhkan oleh tim semacam Real Madrid untuk menunjukkan potensi terbaik mereka.
Zidane memiliki kualitas yang tidak dimiliki oleh Benitez, meskipun Rafa memiliki segudang pengalaman. Zidane adalah mantan pemain yang sangat dikagumi oleh kalangan para pemain lainnya, dan cara komunikasinya sangat jelas dan tegas.
Madrid menjadi tim yang nyaris mengulungi tim Barcelon yang pada satu tahap dikabarkan akan memenangi La Liga dengan mudah pada akhir musim lalu.
Meskipun mereka memenangakan Liga Champions pada musim lalu melalui penalti, ada gemaan “yeah, tapi yang mengikuti mereka lantas mendapatkan lawan yang cenderung mudah pada babak gugur.
Mereka yang skeptikal banyak menyatakan Madrid, meskipun memiliki para pemain individu yang berkualitas, jugalah sangat beruntung sepanjang musim.
Ini adalah hal yang sangat dinikmati oleh Zidane, meskipun memenangi piala besar, tim yang dilatihnya dianggap remeh, dan itu sangat disukai oleh Zidane yang selalu berusaha untuk tidak menarik perhatian dari Media sebisa mungkin.
Hal tersebut diketahui saat ditanyakan apa dirinya merasa ‘beruntung’, Zidane balas menjawab, “tentu saja saya beruntung bisa melatih Real Madrid.”
Sempat disamai dengan pelatih sekelas Roberto Di Matteo, yang dipecat beberapa bulan setelah memenangkan Liga Champions, Zidane kini disejajarkan dengan Brian Clough dan Arrigo Sacchi setelah memenangkan piala Liga Champions secara 2 kali beruntun.
Tentu saja itu tidak akan terjadi pada pelatih yang cuma sekedar ‘beruntung’. Zidane kini adalah pelatih ‘bintang’ untuk masa ‘Bintang’.
