Petenis peringkat 6 dunia, Stefanos Tsitsipas, mengaku lapangan tanah liat (clay-court) adalah merupakan sebuah lapangan yang baik dalam sebuah kejuaraan dunia.
Tsitipas memiliki catatan yang baik ketika ia sukses mengalahkan Rafael Nadal di lapangan tanah liat di Madrid, Spanyol, pada 2019 lalu.
“Saya telah belajar bermain di tanah liat. Ini adalah permukaan yang ideal untuk mempelajari teknik dan taktik tenis.” kata Tsitsipas.
“Meskipun lapangan tanah liat membantu pemain mengembangkan permainan mereka dan menjadi lebih sabar, hal itu membuat kemampuan beradaptasi di lapangan keras menjadi cukup sulit.
“Misalnya, Rafael Nadal dari Spanyol telah mendominasi turnamen tanah liat sepanjang kariernya, tetapi ia menemukan masalah di tempat lain.” tambah Tsitsipas
Dari 479 pertandingan yang telah dimainkan Nadal di lapangan tanah liat, ia sukses menjuarai 436 pertandingan dan memenangkan 59 gelar. Seluruh angka tersebut juga menjadi jumlah gelar tertinggi dalam sejarah tenis dunia.
Tsitipas sempat kandas di tangan Novak Djokovic melalui lima set saat kedua petenis bertemu di semifinal Prancis Terbuka 2020, di Prancis.
Sebelum itu, Tsitipas juga pernah dikalahkan Djokovic di final Madrid Terbuka pada 2019 lalu dengan dua set langsung selama 32 menit.
“Butuh beberapa waktu bagi saya untuk beralih ke bidang lain. Tapi saya selalu berpendapat bahwa teknik itu sangat mendasar.” kata Tsitsipas
“Intinya adalah bahwa tenis adalah tentang kontrol atas bola tenis. Jika Anda memukul bola dengan baik, maka keseluruhan permainan diuntungkan.” tambah Tsitsipas.
Tidak seperti beberapa petenis lainnya, Tsitipas menyatakan ia siap untuk tampil di turnamen Australia Terbuka 2021.
Petenis berusia 23 tahun tersebut sempat mencapai semifinal di Australia Terbuka 2019. Namun ia harus kandas ketika ditekuk Nadal melalui tiga set.
“Saya tak mengerti, saya merasa benar-benar aneh. Saya merasa senang dengan penampilan saya di turnamen ini, tetapi pada saat yang sama saya merasa kecewa.” kata Tsitipas.